ABSTRAKSI
Hasil analisis menggunakan
program SPSS menunjukkan kecerdasan emosional (X1) memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil uji
signifikansi t variabel kecerdasan emosional 0,000 lebih kecil 0,05. Motivasi kerja
(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Hasil uji signifikansi t variabel motivasi kerja 0,000 lebih kecil 0,05.
Lingkungan kerja (X3) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja. Hasil uji signifikansi t variabel lingkungan kerja 0,000
lebih kecil 0,05. Hasil uji simultan menunjukkan variabel kecerdasan emosional
(X1), motivasi kerja (X2), dan lingkungan kerja (X3)
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di lingkungan
Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang. Hasil signifikansi F diperoleh nilai 0,000
lebih kecil dari 0,05.
Kata Kunci : Kecerdasan
Emosional, Motivasi, Lingkungan Kerja, dan Kinerja.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Struktur organisasi dan sistem manajemen
pemerintahan telah mengalami perubahan, masalah yang ditemui adalah
sentralisasi yang berlebihan, ketidakluwesan, komunikasi informasi yang tidak
akurat serta tidak efisien. Melalui Pemerintah Daerah diharapkan pemerintah
mampu memainkan peranan dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan
identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja
daerah secara ekonomis yang wajar, efisien dan efektif. Dalam mewujudkan hal
tersebut, kita memerlukan aparatur yang profesional, memiliki kualitas dan
integritas kepribadian yang mengacu pada moralitas yang luhur. Aparatur yang
profesional berarti tingkat keahlian dan keterampilannya cukup memadai, yaitu
memiliki etos kerja dan disiplin kerja yang tinggi, sehingga pada akhirnya bermuara
pada peningkatan kinerja pegawai yang optimal dan mampu memenuhi harapan dan
keinginan masyarakat, yaitu terciptanya pemerintahan yang baik, bersih, jujur
dan berwibawa atau good govemance dan clean
govemment.
Demikian juga di Kabupaten Pemalang, sebelum
diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Satuan Organisasi Tata Kerja (SOTK), Dinas Pendidikan ditangani
oleh Dinas Pendidikan Daerah untuk TK/SD. Sedangkan SMP
dan SMA/SMK ditangani oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) pusat.
Sejak diberlakukannya Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Pemalang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pembentukan SOTK Daerah pada
tanggal 18 Juli 2008, nomenklatur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Pendidikan Kabupaten Pemalang berubah menjadi Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Pemalang, yang selanjutnya disingkat Dinas Dikpora.
Permasalahan mengenai kinerja adalah permasalahan
yang akan selalu dihadapi oleh pihak-pihak manajemen organisasi, karena itu manajemen
perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pegawai.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai akan membuat manajemen
organisasi dapat mengambil berbagai kebijakan yang diperlukan sehingga dapat
meningkatkan kinerja pegawai agar sesuai dengan harapan organisasi.
Dalam kehidupan ini kita sering beranggapan bahwa
yang sangat penting dan menentukan dalam berbagai hal adalah kecerdasan otak,
sedangkan kemampuan lain menjadi kurang penting. Setelah belakangan ini muncul
istilah kecerdasan emosional atau emotional
intellegence yang diungkap oleh Daniel Goleman yang mengutip berbagai
penelitian ternyata menemukan bahwa kecerdasan emosional mempunyai peran sangat
penting untuk meraih kesuksesan. Emosional merupakan salah satu ciri yang
dimiliki manusia, tanpa emosi seseorang akan menjadi seperti robot yang hanya
mengandalkan logika saja, terutama dalam fungsinya sebagai mahluk sosial yang
selalu berhubungan dengan orang lain, emosi sangat berperan penting. Dengan
emosi hubungan manusia akan lebih bervariasi atau tidak monoton. Mengingat hal
itu pengelolaan emosi menjadi sangat penting untuk menuju kercerdasan emosi.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang
tinggi mempunyai kemampuan untuk mengelola perasaannya antara lain dapat
memotivasi dirinya sendiri dan orang lain, tegar menghadapi frustasi, sanggup
mengatasi dorongan-dorongan primitif dan menunda kepuasan sesaat,
mengatur suasana hati yang aktif dan mampu berempati dan mampu memberikan
pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
Kemampuan menurut Goleman (1999), adalah kemampuan
menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Kemampuan tersebut disebut dengan kecerdasan emosi/Emotional Quotient (EQ), dan melalui
penelitiannya menyatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor
penentu kesuksesan seseorang, 20% yang lain ditentukan oleh Intelligence Quotient (IQ).
Mengingat pentingnya tuntutan kinerja pegawai di
instansi pemerintah, motivasi kerja juga menjadi perhatian bagi pengelola
organisasi. Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (1996), motivasi merupakan
keadaan pribadi dalam seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan menurut Asep dan
Tanjung (2003), manfaat motivasi adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
kinerja meningkat.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai,
lingkungan kerja turut mempengaruhi kinerja. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar pegawai yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, penerangan, udara,
keamanan dan kebisingan. (Nitisemito, 1999).
Kartono (2000), menjelaskan bahwa lingkungan kerja
didefinisikan sebagai kehidupan sosial psikologis dan phisik dalam organisasi
yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan tugas-tugasnya. Timple A Dale
(1993), mengemukakan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan menjadi pendorong
bagi pegawai untuk menghasilkan kinerja puncak.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang telah menetapkan kebijakan untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia dengan cara memberikan kesempatan pendidikan kepada pegawai untuk
belajar ke jenjang yang lebih tinggi, baik dengan biaya sendiri atau biaya
Pemerintah Daerah, disamping itu atasan masing-masing dapat menetapkan sasaran
kerja dan standar kinerja yang harus dicapai serta melakukan kajian dan
penilaian terhadap kinerja pegawai dalam kurun waktu tertentu.
Sudah banyak upaya dilakukan, namun atas dasar
laporan-laporan pengawasan, dapat diambil kesan bahwa masih banyak terjadi
berbagai penyelewengan dan pelanggaran yang dapat menimbulkan kerugian dan
pemborosan. Upaya yang dilakukan antara lain memberikan dukungan peraturan
perundang-undangan, penyederhanaan prosedur dan kemudahan-kemudahan lainnya
serta pembinaan pegawai secara optimal.
Adanya fenomena terjadinya pelanggaran yang menyebabkan
menurunnya kinerja pegawai merupakan gambaran masih rendahnya kinerja sebagian
pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang tersebut, sudah barang
tentu memerlukan kajian secara komprehensif terutama terhadap aspek-aspek yang
erat kaitannya dengan latar belakang yang mempengaruhi kinerja pegawai.
Dengan melihat fenomena tersebut maka peneliti
tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam suatu penelitian Tesis
dengan judul : ”Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pemalang”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai batasan masalah di atas,
maka dalam rangka mempertajam permasalahan dan memperjelas sasaran
pembahasannya perlu dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1.
Adakah pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Kinerja Pegawai Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang?
2.
Adakah pengaruh Motivasi Kerja terhadap
kinerja Pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
3.
Adakah pengaruh Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
4.
Adakah pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi
dan Lingkungan Kerja secara simultan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
tersebut dalam penelitian ini tujuan yang hendak
dicapai adalah :
1.
Untuk mengkaji adakah pengaruh variabel
Kecerdasan Emosional terhadap kinerja pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
2.
Untuk mengkaji adakah pengaruh variabel
motivasi kerja terhadap kinerja pegawa Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
3.
Untuk mengkaji
adakah pengaruh variabel lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang?
4.
Untuk mengkaji adakah pengaruh variabel
Kecerdasan Emosional, Motivasi dan Lingkungan Kerja secara simultan terhadap
kinerja pegawai Dinas Dikpora Kabupaten
Pemalang?
KAJIAN PUSTAKA
A. Kinerja Pegawai
1. Pengertian
Kinerja
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan
diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi
serta mengetahui dampak negatif suatu kebijakan operasional yang diambil.
Dengan adanya informasi mengenai kinerja suatu instansi pemerintah, akan dapat
diambil tindakan yang diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan
kegiatan-kegiatan utama, dan tugas pokok instansi, bahan untuk perencanaan,
menentukan tingkat keberhasilan instansi untuk memutuskan suatu tindakan, dan
lain-lain (BPKP, 2000).
Tim Studi Pengembangan Sistem Akutabilitas Kinerja
Instansi pemerintah, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP, 2000)
mengemukakan pengertian Kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan
startegis (strategic planing) suatu
organisasi.
Kinerja menurut Rivai (2005), adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu
didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentutkan lebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata
kinerja adalah terjemahan dari performance.
Berasal dari kata “to perform” dengan
beberapa entries yaitu (1).
Melakukan, menjalankan, melaksanakan, (2). Memenuhi atau melaksanakan kewajiban
atau niat atau nazar. (3). Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab dan
(4). Melakukan sesuatu yang diaharapkan oleh seseorang atau mesin.
Dari beberapa definisi tersebut, maka secara umum
dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh
organisasi atau pegawai dalam periode tertentu, yaitu prestasi berkaitan
efektivitas operasional organisasi, baik dari segi efesiensi keuangan maupun
manajemen.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja sangat erat kaitannya dengan
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi maupun sistem manajemen sumberdaya
lainnya, seperti sistem kompensasi, sistem promosi, sistem mutasi, maupun
sistem pendidikan dan pelatihan.
G.Dessler (1997) mengemukakan :
“Secara umum penilaian kinerja
dapat didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan pengaturan
kinerja pegawai dalam perusahaan. Penilaian tersebut meliputi : pembuatan
standar kerja, penilaian kinerja pegawai, dan pemberian umpan balik pegawai
dengan tujuan memotivasi, mengurangi deficiencies,
dan mempertahankan kinerja yang telah dimiliki pegawai tersebut. Penilaian
kinerja juga merupakan bagian dari
strategi perusahaan atau instansi dan pelaksanaannya dipengaruhi oleh aktivitas
lain yang terdapat pada perusahaan atau instansi yang bersangkutan.”
Dengan demikian penilaian kinerja dapat
diartikan sebagai alat untuk mengetahui
apakah pegawai telah memenuhi standar kinerja yang telah ditetapkan, yang
bermanfaat bukan hanya untuk menilai kinerja, tetapi juga untuk mengembangkan
dan memotivasi pegawai agar bekerja lebih baik.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2001) : Penilaian
kinerja adalah suatu proses bagaimana organisasi atau perusahaan mengevaluasi
atau menilai prestasi pegawai, kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan
kerja mereka.
Kegunaan-kegunaan penilaian kinerja pegawai dapat
dirinci sebagai berikut :
1.
Perbaikan prestasi kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan pegawai, manajer dan departemen
personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki
prestasi.
2.
Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi.
3.
Perencanaan dan pengembangan
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang
karier tertentu yang harus diteliti.
4.
Kesempatan kerja yang adil
Penilaian kinerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penetapan
internal diambil tanpa diskriminasi
Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa
perlu memandang kinerja pegawai sebagai persoalan yang penting, sehingga dalam
menilai kinerja pegawai, organisasi menuntut dan melakukan perbaikan kerja secara
keseluruhan. Selain itu kinerja pegawai dapat ditingkatkan apabila organisasi dapat
memenuhi faktor-faktor yang lain seperti : kecerdasan emosional, motivasi dan
lingkungan kerja.
Penilaian kinerja merupakan alat yang baik untuk
menentukan apakah pegawai telah memberikan hasil kerja yang memadai dan
melaksanakan aktivitas kinerja sesuai denga standar kinerja. Penilaian
kinerja juga merupakan alat yang baik untuk menganalisis kinerja pegawai dan
membuat rekomendasai perbaikan.
Mitchel (Sedarmayanti 2001), menyatakan bahwa
kinerja dalam suatu organisasi dapat dikatakan meningkat jika memenuhi
indikator-indikator antara lain : (1). Quality of work (kualitas hasil pekerjaan). (2). Promptness (kelancaran dan ketepatan
waktu). (3). Initiative (prakarsa dan
inisiatif). (4). Capability
(kecakapan atau kemampuan). (5). Communication
(komunikasi yang baik dan efektif)
Tujuan dari penilaian kinerja adalah : seperti yang
dikemukakan Mursi (1998), bahwa di dalam
Islam pekerja mempunyai kewajiban yaitu :
1.
Amanah dalam bekerja
Pekerjaan
harus dilakukan sebaik mungkin sehingga memperoleh hasil terbaik, sebagaimana
firman Allah, dan sesunguhnya akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan
(QS; An-nahl ; 93).
2.
Menekuni pekerjaan
Pekerja
dituntut :
a.
Menekuni dinamika dunia kerja sehingga
mencapai profesionalisme dan kreativitas dalam bekerja. Benar apa yang
difirmankan Allah : Katakanlah (Muhammad)
; bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaan (amalmu) dan juga Rasul
serta orang-orang mukmin. (QS ; Attaubah ;105).
b.
Memahami strategi mutahir dalam bekerja
seperti yang tercantum dalam hadis : Sedikit
kerja dengan ilmu berarti banyak dan banyak kerja dengan kebodohan berarti sedikit. (HR. As-suyuthi).
Menurut Braid yang diedit oleh Timple (1993), bahwa
standar objektif yang digunakan untuk pedoman penilaian kinerja yang tepat
adalah : penilian produktivitas, pengurangan kesalahan, pengurangan kemangkiran
dan keterlambatan, kursus-kursus pelatihan yang diselesaikan, pengurangan bahan
buangan, pengurangan jumlah keluhan pelanggan, peningkatan tingkat
keterampilan, kesediaan untuk menerima tugas-tugas yang tidak menyenangkan.
Menurut Rivai (2005),
pedoman penilaian kinerja pegawai meliputi :
1.
Kerajinan, kehadiran seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya (usaha pegawai mematuhi jadwal
kerja dan kehadiran pada hari kerja).
2.
Kuantitas dan kecepatan menyelesaikan
pekerjaan, jumlah pekerjaan yang mampu diselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
3.
Ketelitian atau keakuratan, kebenaran
dalam bekerja sehingga hasil kerja akurat secara meyakinkan sesuai dengan
pekerjaan yang menjadi tanggungjawab/tugasnya.
4.
Loyalitas, kesediaan pegawai untuk
lebih mengutamakan penyelesaian tugas yang diberikan untuk kepentingan organisasi.
5.
Inisiatif, mampu dan mau meningkatkan
serta memutakhirkan hasil kerja untuk kepentingan organisasi.
6.
Kerjasama dan kemampuan menjalin
hubungan kerja baik pada unit kerjanya atau dengan unit kerja lainnya.
B. Filippo (1993), mengungkapkan
kriteria penilaian kinerja pegawai yang meliputi :
1.
Kualitas kerja meliputi : ketepatan,
ketrampilan, ketelitian dan kerapian.
2.
Kuantitas kerja : kecepatan
menyelesaiakn tugas reguler ekstra dan mendadak.
3.
Ketangguhan yang baik, inisiatif,
ketepatan waktu dan kehadiran.
4.
Sikap yang meliputi kerjasama dengan
teman.
Dari beberapa pendapat
tersebut di atas, penulis akan mengambil dari pendapat Rivai (2005), pedoman
penilaian kinerja karyawan adalah kerajinan, kecepatan, keakuratan, loyalitas,
inisiaitif, dan kerjasama.
B.
Kecerdasan
Emosional
Orang mulai sadar pada saat ini bahwa tidak hanya
keunggulan intelektual saja diperlukan untuk mencapai keberhasilan, tetapi
diperlukan sejenis ketrampilan untuk menjadi terdepan.
Menurut Boyatzis (2001), untuk menemukan orang yang
tepat dalam organisasi bukan hal yang mudah, karena yang dibutuhkan perusahaan
bukan hanya orang yang pintar dan berpendidikan tinggi saja, orang yang lebih
baik ataupun yang berbakat saja, ada faktor-faktor psikologis yang mendasari
hubungan antara seseorang didalam organisasi. Faktor psikologis yang
berpengaruh kepada kemampuan seseorang didalam organisasi diantaranya adalah
kemampuan mengelola diri sendiri, inisiatif, optimisme, kemampuan
mengkoordinasi emosi dalam diri, serta melakukan yang tanpa terbawa emosi.
Menurut Agustian (2001), kemampuan terdiri dari
tiga yaitu kemampuan otak (Intelegensi
Quotient/IQ), dan kemampuan emosi (emotional
Quotient/EQ) dan kemampuan spiritual (Spiritual
Quotient/SQ), IQ merupakan kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio
contoh 2 x 2 = 4. EQ merupakan kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber
informasi contoh : komitmen, loyalitas dan kepekaan.
Kecerdasan intelektual menurut Goleman (1999), tidak
berubah selama kita hidup. Akan tetapi kecerdasan emosi dapat
meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang hidup. Kecerdasan
intelektual atau IQ, hanyalah suatu ”kemampuan
dasar”. Kemampuan ini umumumnya terbatas pada keterampilan standar dalam
melakukan suatu pekerjaan.
Menurut Cooper dan Sawaf (2000), kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh manusiawi.
Kecerdasan emosionalah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi
kita dalam mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam untuk
mengubah dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani.
Menurut Daniel Goleman (2000), kecerdasan emosional
atau emotional Quotient merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain. Dan kecakapan emosi adalah kecakapan
hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosional yang dapat menghasilkan
kinerja menonjol dalam pekerjaan. Kerangka kerja kecerdasan emosional adalah
kesadaran diri, pengaturan, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.
Masih menurut Daniel Goleman (2000), bahwa
kepandaian dalam menjalankan pekerjaan adalah kecakapan emosi yang didasarkan
pada empati. Pegawai yang mempunyai kecerdasan emosional
akan lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang tidak termotivasi karena
kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat,
ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi,
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk membaca perasaan terdalam
orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan
sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.
Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah
menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya
dan sering kali lebih penting dari pada nalar. Emosi memperkaya model
pemikiran. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti
kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan
kognitif yang dingin, kita sudah terlalu lama menekankan pentingnya IQ dalam
kehidaupan manusia padahal kecerdasan emosional menyumbang lebih banyak
sifat-sifat yang membuat kita lebih manusiawi dan lebih bijaksana. Banyak bukti
memperlihatkan bahwa seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang
baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas.
Menurut Goleman (2001),
kecerdasan emosi diukur dari :
1.
Self
awareness, yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui
perasaan dalam diri. Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi
tersebut. Jadi dia mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi
untuk melakukan suatu tindakan.
2.
Self
regulation/management (penguasaan diri), yang merupakan
kemampuan menangani emosi sendiri. Seseorang yang mempunyai pengenalan diri
yang baik dapat lebih terkontrol dalam membuat tindakan agar lebih
berhati-hati. Dia juga akan berusaha untuk tidak impulsif. Akan tetapi perlu
diingat hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut menyembunyikan emosinya
melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.
3.
Self
Motivation (motivasi diri), ketika sesuatu berjalan tidak sesuai
dengan rencana, seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak akan
bertanya “Apa yang salah dengan saya atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “ Apa
yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.
4.
Empaty (empati),
Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa yang orang lain
rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.
5.
Effective
Relationship (hubungan yang efektif), dengan adanya empat kemampuan
tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan dan bukan pada
konfrontasi yang tidak penting yang sebenarnya dapat dihindari. Orang yang
mempunyai kemampuan intelegensia emosional yang tinggi mempunyai tujuan
kontsruktif dalam pikirannya.
C.
Motivasi Kerja
Kata motivasi sering digunakan dalam berbagai cara,
karena erat kaitannya dengan proses psikologis di dalam diri seseorang yang
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang
terjadi pada diri orang yang bersangkutan. Oleh karenanya banyak para ahli yang
mencoba memberikan batasan pengertian motivasi sesuai dengan pendekatan
teoritis yang digunakan.
Robbin (1996), mengemukakan motivasi merupakan
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan
organisasi, yang dikoordinasikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi
sesuatu kebutuhan individu.
Menurut Mursi (1998), motivasi adalah keadaan
internal individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan dan
dinamika, serta mengarahkan tingkah laku pada tujuan. Dalam pengertian lain
motivasi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan,
keinginan, kebutuhan dan kekuatan.
Menurut pandangan Mc. Clellend (Robbin ; 1996),
bahwa ada tiga karakteristik kebutuhan manusia yang dianggap memiliki motivasi
untuk berprestasi yaitu :
1.
Kebutuhan berprestasi (need of achievement) yaitu dorongan
untuk menggungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat
dan sukses.
2.
Kebutuhan afiliasi (need of affiliattion) yaitu
hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib.
3.
Kebutuhan kekuasaan (need of power) kebutuhan untuk membuat
orang lain berperilaku (tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian).
Atkinson dan Stoner (1992), mengaitkan perilaku dan
prestasi dengan tiga dorongan dasar yang sangat berbeda diantara
setiap orang :
1.
Kebutuhan pencapaian (need of achievement)
2. Kebutuhan akan kekuasasn (need of power)
3. Kebutuhan akan afiliasi (need of affiliation)
Hasil
penelitian Maslow dalam Mursi (1998), menemukan kebutuhan primer manusia adalah :
1.
Kebutuhan fisiologis
2.
Kebutuhan terhadap rasa aman dan
keselamatan
3.
Kebutuhan terhadap afiliasi, cinta dan
kegiatan sosial
4.
Kebutuhan terhadap pengakuan,
penghargaan dan kedudukan
5.
Kebutuhan terhadap aktualiasasi diri
Berdasarkan konsep-konsep yang dijabarkan oleh
Atkinson dan Stoner (1992), David Mc (Robin ; 1996), Maslow dan Mursi (1998),
di atas maka penulis mengambil
indikator-indikator variabel motivasi seperti yang dikemukakan oleh
David Mc (Robin ; 1996), sebagai berikut : (1). Kebutuhan
berprestasi. (2). Kebutuhan afiliasi. (3). Kebutuhan
kekuasaan.
D.
Lingkungan
kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai, yang bentuknya dapat berupa lingkungan materi
seperti tempat dan sarana produksi, serta lingkungan psikologis seperti suasana
hubungan sosial antar personal perusahaan.
Nitisemito (1999), mengemukakan bahwa lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar tenaga kerja dan dapat
mempengaruhi dirinya sendiri dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya.
Menurut Kartono (2000), lingkungan kerja
didefinisikan sebagai kehidupan sosial psikologis dan
phisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap tenaga kerja dalam melakukan
tugas-tugasnya.
Sedangkan menurut Basuki dan Indah Susilowati
(2005), mengemukakan bahwa lingkungan kerja adalah sesuatu yang berada
dilingkungan kantor atau instansi yang dapat mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung seseorang maupun sekelompok pegawai didalam melakukan
aktivitasnya (Sedarmayanti, 1996)
Edy Jatmiko dan M Tholib (2006) mengemukakan bahwa
lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara
orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Meskipun pegawai diberikan rangsangan
yang layak, semangat kerja bisa menjadi jelek apabila
lingkungan kerjanya diabaikan. Oleh karena itu hendaknya diupayakan agar
lingkungan kerja harus baik dan kondusif karena lingkungan kerja yang baik dan
kondusif akan membuat pegawai merasa betah diruangan, merasa senang,
bersemangat melaksanakan kegiatan atau tugasnya. Namun sebaliknaya jika
lingkunagn kerjanya tiadak baik maka
pegawai merasa tidak betah berada diruangan kerjanya dan akan menimbulkan
perasaan malas serta tidak bersemangat untuk melakukan tugas-tugas
diruangannya. Menyadari akan peranan dan kedudukan manusia sangat penting
didalam menentukan keberhasilan sebuah organisasi, maka tingkat semangat kerja
pegawai yang tinggi sangat diperlukan oleh setiap organisasi dalam mencapai
tujuannya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja adalah tempat, kondisi, dan
keadaan disekeliling dimana seseorang
melakukan pekerjan sehari-hari. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor
yang selalu diperhatikan agar tercipta suasana kepuasan kerja yang menyenangkan
yang pada akhirnya akan mendapatkan kinerja yang baik dilingkungan Dinas
Dikpora Kabupaten Pemalang.
E.
Judul
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu tentang Kecerdasan
Emosional, Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai telah banyak
dilakukan diantaranya :
a.
Penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan di
Hotel Horizon Semarang” Oleh Trihandini (2005), menggunakan uji validitas dan
realiabilitas serta analisis yang digunakan adalah regressi linier berganda
dengan hasil uji Hipotesis adalah sebagai berikut :
1.
Ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosi terhadap Kinerja Karyawan di Hotel Horizon Semarang.
2.
Ada pengaruh yang siginifikan antara Kecerdasan
Spiritual terhadap Kinerja Karyawan di Hotel Horizon Semarang.
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosi dan Kecerdasan Spiritual secara simultan terhadap Kinerja
Karyawan di Hotel Horizon Semarang.
b.
Penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Kompetensi Komunikasi, Kecerdasan Emosional dan budaya organisasi
terhadap Kinerja Karyawan PT Pos Indonesia se-kota Semarang” Oleh Edwardin
(2006), menggunakan uji validitas dan realiabilitas serta analisis yang
digunakan adalah regressi linier berganda dengan hasil uji Hipotesis adalah
sebagai berikut :
1.
Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi
komuniasi terhadap Kinerja Karyawan di PT Pos Indonesia se-kota Semarang.
2.
Ada pengaruh yang siginifikan antara kecerdasan
emosional terhadap Kinerja Karyawan PT Pos Indonesia se-kota Semarang.
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara
budaya organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT Pos Indonesia se-kota Semarang.
4.
Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi
komuniasi, kecerdasan emosional, budaya organisasi secara simultan terhadap
Kinerja Karyawan PT Pos Indonesia se-kota Semarang.
c.
Penelitian dengan judul “Pengaruh
Kecerdasan Emosi dan Komitmen berorganisasi terhadap Respon Guru Mengenai
Perubahan Kurikulum di SMK Kabupaten Brebes” Oleh Inu Indarto (2007),
menggunakan uji validitas dan realiabilitas serta analisis yang digunakan
adalah regressi linier berganda dengan hasil uji Hipotesis adalah sebagai
berikut :
1.
Ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosi terhadap respon guru mengenai perubahan kurikulum di SMK
kabupaten Brebes.
2.
Ada pengaruh yang siginifikan antara
komitmen berorganisasi terhadap respon guru mengenai perubahan kurikulum di SMK
kabupaten Brebes.
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosi dan komitmen berorganisasi secara simultan terhadap respon
guru mengenai perubahan kurikulum di SMK Kabupaten Brebes.
Berdasarkan ketiga hasil penelitian tedahulu
yang temanya relevan, dapat diketahui bahwa permasalahan kinerja pegawai masih
cukup relevan untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut terutama di kalangan
instansi pemerintah. Urgensi tersebut sejalan dengan Program Pembinaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS), yang sasarannya ditujukan bagi peningkatan kualitas kerja
pegawai sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap efektivitas
tujuan institusional maupun program pemerintah dalam memberikan pelayanan
publik.
F.
Kerangka
Berfikir/Konseptual
Konsep alur pikir dari masing –
masing variabel penelitian di atas, menjelaskan adanya keterkaitan antara
variabel Kecerdasan Emosional (X1), Variabel Motivasi Kerja (X2),
dan variabel Lingkunga Kerja (X3) yang cenderung berpengaruh
terhadap variabel Kinerja Pegawai (Y). Guna menjelaskan keterkaitan variabel
tersebut, berdasarkan
pada kajian pustaka dan penelitian sebelumnya maka kerangka berfikir/konseptualnya
selanjutnya dapat digambarkan skema kerangka berfikir sebagai berikut :
Gambar 1
Skema Kerangka Berfikir/Konseptual
mengenai Faktor-faktor yang Menentukan Kinerja Pegawai
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian menurut Sugiono (2002 : 70)
berfungsi memberikan arah dalam kegiatan penelitian secara teoritis, yang
bentuknya berupa jawaban sementara terhadap masalah penelitian, sehingga masih
memerlukan pembuktian melalui uji empiris dengan dukungan fakta – fakta yang
diperoleh dari obyek penelitian.
Dari model kerangka pikir yang telah digambarkan,
maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai jawaban sementara atas
permasalahan penelitian tersebut adalah :
H1 : Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap Kinerja Pegawai
H2 : Motivasi
Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai
H3 : Lingkungan Kerja mempunyai pengaruh positif
dan signifikan
terhadap Kinerja Pegawai
H4 : Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, Lingkungan
kerja, mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Pegawai.
METODE PENELITIAN
A. Populasi, Sampel, dan Teknik
Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi yang dimaksud dalam penelitian
ini merupakan keseluruhan subyek yang dijadikan sasaran penelitian (Arikunto,
1997 : 115), yang terdiri dari keseluruhan Pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang yang berjumlah keseluruhan 90 orang pegawai.
Populasi menurut
Istijanto (2005), adalah jumlah keseluruhan semua anggota yang diteliti,
sedangkan sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan pegawai di lingkungan dinas Dikpora Kabupaten
Pemalang yang berjumlah 90 orang yang terdiri dari staf Dikmen (Pendidikan Menengah), Staf TK/SD, Staf PLS (Pendidikan
Luar Sekolah), Staf Binmudora (Pembinaan Generasi Muda dan Olahraga), Staf TU/Tata Usaha, Staf Tendik (Tenaga Pendidik), Pengawas SLTP dan
SLTA, dan UPPK . Dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Populasi
No
|
Satuan Kerja
|
Jumlah Pegawai
|
1.
|
SLTP 1 |
10
|
2.
|
SLTP 2 |
10
|
3.
|
SLTP 3 |
5
|
4.
|
SLTP 4 |
10
|
5.
|
SLTP 5 |
20
|
6.
|
SLTP 6 |
14
|
7.
|
SLTP 7 |
7
|
8.
|
SLTP 8 |
14
|
|
Jumlah |
90
|
Sumber : Dikpora
Kabupaten Pemalang, Oktober 2008
2.
Sampel
Sampel menurut Sugiono (2001), adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Besarnya sampel yang
digunakan didalam peneltian ini, mengacu pada rumus Slovin yaitu :
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir
Dari hasil perhitungan sampel dengan rumus di atas,
diperoleh sampel sebanyak 73. Kemudian sampel didistribusikan pada masing-masing
unsur satuan kerja dengan perhitungan seperti tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi
sampel
No
|
Satuan Kerja
|
Populasi
|
Perhitungan
|
Sampel
|
1.
|
Staf Dikmen (pendidikan menengah)
|
10
|
10/90 x 73
|
8
|
2.
|
Staf TK/SD,
|
10
|
10/90 x 73
|
8
|
3.
|
Staf PLS
(pendidikan luar sekolah)
|
5
|
5/90 x 73
|
5
|
4.
|
Staf Binmudora (Pembinaan generasi muda dan
olahraga)
|
10
|
10/90 x 73
|
8
|
5.
|
Staf TU (bagian Umum, Perencanaan, dan Keuangan)
|
20
|
20/90 x 73
|
16
|
6.
|
Staf Tendik
|
14
|
14/90 x 73
|
11
|
7.
|
Pengawas SLTP dan SLTA
|
7
|
7/90 x 73
|
6
|
8.
|
UPPK
|
14
|
14/90 x 73
|
11
|
|
Jumlah
|
90
|
|
73
|
B. Variabel Penelitian
Variabel
merupakan gejala yang menjadi fokus penulis untuk diamati. variabel itu sebagai
atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut. variabel penelitian kuantitatif
terdiri atas variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel
bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel
dependen, jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel
dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 1999 ; 3). Dalam penelitian ini
ada 4 variabel yaitu :
1. Variabel bebas terdiri dari tiga variabel yaitu :
a. Kecerdasan Emosional (X1)
b. Motivasi Kerja (X2)
c. Lingkungan Kerja (X3)
2. Variabel terikat yaitu : Kinerja Pegawai (Y)
C. Definisi Operasional Variabel
Pengertian
Definisi Operasional Variabel penelitian yang dimaksud berupa pemberian arti
atau menspesifikasikan atau memberikan makna operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel yang ada (Nasir, 2003 : 152).
Adapun ruang lingkup definisi operasional untuk
masing – masing variabel dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut :
1.
Variabel Kecerdasan
Emosional (X1)
Definisi operasional variabel kecerdasan
emosional adalah : Kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam
mengelola diri sendiri dan mempengaruhi orang lain. Sesuai
definisi operasional berikut parameternya di atas, selanjutnya disempitkan kedalam indikator untuk mengukur
variabel kecerdasan emosional
pegawai terdiri dari : (a). Self
Awareness (Pengenalan diri). (b). Self
Regulation/Management (Penguasaan diri). (c). Self Motivation (Motivasi diri). (d). Emphaty (Empati). (e). Effective
Relationship (Hubungan yang efektif).
2.
Variabel Motivasi
Kerja (X2)
Definisi operasional variabel
motivasi kerja pegawai adalah : Dorongan
diri pegawai untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik dalam rangka
pencapaian tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan. Parameter untuk mengukur
variabel tersebut dalah kondisi dalam diri pegawai maupun pengaruh dari luar
yang dapat mendorong pelaksanaan pekerjaan secara lebih baik. Sesuai definisi operasional berikut parameternya di atas,
selanjutnya dijabarkan ke dalam indikator untuk mengukur variabel motivasi
kerja pegawai yang terdiri dari : (a). Dorongan bekerja lebih baik. (b). Persaingan
yang sehat membuat belajar dan bekerja lebih baik. (c). Dorongan membantu pekerjaan
rekan-rekan. (d). Berdiskusi sesama pegawai.
3.
Varibel Lingkungan
Kerja
(X3)
Definisi operasional variabel Lingkungan kerja
adalah : Segala sesuatu yang ada disekitar pegawai dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sesuai
definisi operasional berikut parameternya di atas, selanjutnya disempitkan kedalam indikator untuk mengukur variabel lingkungan kerja pegawai yang terdiri dari : (a). Kebersihan
ruangan dan lingkungan kantor. (b).Ketersediaan sarana dan prasarana kantor.
(c). Keamanan dalam bekerja. (d). Suasana kerja yang kondusif (hubungan atasan
dan bawahan). (e). Interaksi yang harmonis antar pegawai.
4.
Variabel Kinerja (Y)
Definisi operasional variabel kinerja pegawai adalah : Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seorang pegawai atau kelompok pegawai dalam suatu instansi/dinas di lingkungannya sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya pencapaian
tujuannya secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan
moral atau etika. Parameter untuk mengukur variabel
tersebut adalah tingkat kesesuaian antar hasil kerja yang dicapai pegawai
dengan standar penilaian yang berlaku, juga merupakan gambaran produktivitas
kerja pegawai tersebut dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Sesuai definisi
operasional berikut parameternya di atas, selanjutnya dijabarkan ke dalam
indikator untuk mengukur variabel kinerja pegawai yang terdiri dari : (a). Kerajinan. (b). Kecapaian. (c). Keakuratan. (d). Loyalitas. (e). Inisiatif. (f). Kerjasama.
D. Instrumen Penelitian
Adapun variabel, definisi operasional, indikator, pengukuran
serta kisi-kisi instrumen pengukuran lebih jelas bisa dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Variabel, Indikator dan Kisi – kisi Instrumen Penelitian
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Indikator
|
Item
|
Skala
|
Pengukuran
|
Sumber Data
|
1.
|
Kecerdasan Emosional (X1)
|
Kemampuan pegawai untuk
menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan
mempengaruhi orang lain
|
1.
Self Awareness (Kesadaran diri)
2.
Self
Regulation/Management (Mengelola diri sendiri)
3.
Self Motivation (Motivasi diri)
4.
Emphaty (Empati)
5. Effective Relationship (Hubungan yang efektif)
|
No. 1, 2, 3
No. 4, 5, 6, 7, 8, 9
No. 10
No. 11, 12, 13, 14, 15
No. 16, 17
|
Likert
1-5
1 = STS
2 = TS
3 = N
4 = S
5 = SS
|
Ordinal
|
Primer dari responden
|
2.
|
Motivasi Kerja (X2)
|
Dorongan diri pegawai untuk
melakukan pekerjaan secara lebih baik dalam rangka pencapaian tujuan
pekerjaan yang telah ditetapkan.
|
1. Dorongan bekerja lebih
baik
2. Persaingan yang sehat
membuat belajar dan bekerja lebih baik
3. Dorongan membantu
pekerjaan rekan-rekan
4. Berdiskusi sesama pegawai
|
No. 18, 19, 20
No. 21, 22
No. 23, 24
No. 25, 26, 27
|
Likert
1-5
1 = STS
2 = TS
3 = N
4 = S
5 = SS
|
Ordinal
|
Primer dari responden
|
3.
|
Lingkungan Kerja (X3)
|
Segala sesuatu yang ada
disekitar pegawai dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
|
1. Kebersihan ruangan dan
lingkungan kantor
2. Ketersediaan sarana dan
prasarana kantor
3.
Keamanan dalam bekerja
4.
Suasana kerja yang kondusif (hubungan atasan dan
bawahan)
5. Interaksi yang harmonis
antar pegawai
|
No. 28, 29
No. 30, 31
No. 32, 33
No. 34, 35
No. 36,37
|
Likert
1-5
1 = STS
2 = TS
3 = N
4 = S
5 = SS
|
Ordinal
|
Primer dari responden
|
4.
|
Kinerja Pegawai (Y)
|
Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seorang pegawai atau kelompok pegawai dalam suatu instansi/dinas di
lingkungannya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
upaya pencapaian tujuannya secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral atau etika
|
1.
Kerajinan
2.
Kecapaian
3.
Keakuratan
4.
Loyalitas
5.
Inisiatif
6.
Kerjasama
|
No. 38, 39, 40
No. 41, 42, 43
No. 44, 45, 46
No. 47, 48, 49
No. 50, 51, 52
No. 53, 54
|
Likert
1-5
1 =
STS
2 = TS
3 = N
4 = S
5 = SS
|
Ordinal
|
Primer dari responden
|
E. Uji
Validitas dan Reliabilitas
Dalam analisis data, data yang terkumpul akan
diananlisis dan diuji, secara statistik dengan berbagai alat uji, yaitu :
1.
Uji
Validitas
Try out pengujian validitas instrumen ini dilakukan terhadap pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten
Pemalang dengan menunjuk 30 orang responden sebagai sampel uji coba kuesioner.
Berdasarkan uji coba validitas terhadap 54 item pertanyaan, menunjukkan seluruh
item pertanyaan tersebut valid memiliki nilai r hitung positif lebih besar dari
r tabel (0,361), dan dengan nilai signifikansi masing-masing item lebih rendah
dari 0,05.
2.
Uji
Reliabilitas
Berdasarkan hasil
olah data uji coba (try out) terhadap
30 orang sampel uji coba (N of Cases)
pada kuesioner yang di dalamnya terdapat 54 item pertanyaan (Total N of Item) untuk keempat variabel
yang ada, dapat diketahui besaran (koefisien) Crownbach Alpha (r – Alpha) untuk masing – masing variabel
penelitian tersebut.
Perhitungan uji
reliabilitas di sini digunakan program bantu SPSS.
Tabel
4
Reliability Analysis-Scale (Alpha)
No
|
Kelompok
|
Cronbach
Alpha
|
>/<
|
Alpha
Kritis
|
Ket.
|
1
|
Kinerja (Y)
|
0,909
|
>
|
0,60
|
Reliabel
|
2
|
Kecerdasan emosional (X1)
|
0,912
|
>
|
0,60
|
Reliabel
|
3
|
Motivasi kerja (X2)
|
0,872
|
>
|
0,60
|
Reliabel
|
4
|
Lingkungan kerja (X3)
|
0,742
|
>
|
0,60
|
Reliabel
|
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Data hasil uji reliabilitas pada tabel 4,
menggambarkan bahwa koefisien reliabilitas (r
– Alpha) untuk masing – masing variabel penelitin yang ada (Y, X1,
X2, X3) ternyata besarannya berada di atas 0, 60 (norma Crownbach Alpha), sehingga masing –
masing variabel penelitian terbukti reliabel dalam fungsinya sebagai alat ukur
(instrumen) penelitian.
Dengan demikian
sesuai hasil olah data pada uji coba instrumen penelitian, menunjukkan bahwa
keseluruhan item pertanyaan pada keempat variabel penelitian (kinerja,
kecerdasan emosional, motivasi kerja dan lingkungan kerja), dapat dikategorikan
reliabel. Oleh karena
itu instrumen yang digunakan dalam penelitin ini memiliki konsistensi yang
akurat (handal) sebagai alat ukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara
metodologis.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan
beberapa jenis analisis yaitu analisis dikriptif, analisis regresi.
Masing-masing analisis yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriprif dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran penyebaran skor hasil penelitian masing-masing
variabel secara kategorial. Hal ini bertolak dari konsep Aswar (1995) bahwa
skor total individual yang semakin mendekati skor total ideal dapat
diinterprestasikan sebagai semakin positif atau semakin favourable.
Sebagai standar pengukuran terhadap masing-masing
variabel dilakukan dari data ideal ke dalam kategori dentzan menggunakan formula sebagai berikut : (Irianto, 1998: 13).
a. Variabel Kinerja
Dalam
mendiskripsikan kondisi variabel Kinerja (Y) dilakukan kategorisasi jumlah
skor jawaban responden ke dalam 5 (lima)
kategori : (1) sangat baik, (2) baik, (3) cukup, (4) buruk, dan (5) sangat
buruk.
a) Jawaban maksimal = 17
pertanyaan x 5 = 85
b) Jawaban minimal = 17 pertanyaan x 1 = 17
Rentang
Nilai =
=
Pembagian
kategori :
1) Rentang nilai 17,0 – 31 = Sangat
buruk
2) Rentang nilai 31,01 – 45 =
Buruk
3) Rentang nilai 45,01 – 59 =
Cukup
4) Rentang nilai 59,01 – 75 =
Baik
5) Rentang nilai 75,01 – 85 = Sangat baik
b. Variabel Kecerdasan Emosional
Dalam
mendiskripsikan kondisi variabel kecerdasan emosional (X1) dilakukan
kategorisasi jumlah skor jawaban
responden ke dalam 5 (lima) kategori : (1) sangat tinggi, (2) tinggi, (3)
sedang, (4) rendah, dan (5) sangat rendah.
a) Jawaban maksimal = 17 pertanyaan x 5 = 85
b) Jawaban minimal = 17 pertanyaan x 1 = 17
Rentang
Nilai =
=
Pembagian
kategori :
1) Rentang nilai 17,0 – 31 = Sangat
buruk
2) Rentang nilai 31,01 – 45 =
Buruk
3) Rentang nilai 45,01 – 59 =
Cukup
4) Rentang nilai 59,01 – 75 =
Baik
5)
Rentang nilai 75,01 – 85 = Sangat baik
c. Variabel Motivasi Kerja
Dalam mendiskripsikan kondisi variabel motivasi kerja
(X2) dilakukan kategorisasi jumlah skor
jawaban responden ke dalam 5 (lima) kategori : (1) sangat tinggi, (2)
tinggi, (3) sedang, (4) rendah, dan (5) sangat rendah.
a)
Jawaban maksimal = 10 pertanyaan x 5 = 50
b)
Jawaban minimal = 10 pertanyaan x 1
= 10
Rentang Nilai =
=
Pembagian kategori :
1) Rentang nilai 10,00 – 18 = Sangat rendah
2) Rentang nilai 18,01 – 26 = Rendah
3) Rentang nilai 26,01 – 34 = Sedang
4) Rentang nilai 34,01 – 42 = Tinggi
5)
Rentang
nilai 42,01 – 50 = Sangat tinggi
d. Variabel Lingkungan Kerja
Dalam mendiskripsikan kondisi variabel lingkungan kerja
(X3) dilakukan kategorisasi jumlah skor
jawaban responden ke dalam 5 (lima) kategori : (1) sangat baik, (2)
baik, (3) cukup, (4) buruk, dan (5) sangat buruk.
a)
Jawaban maksimal = 10 pertanyaan x 5 = 50
b)
Jawaban minimal = 10 pertanyaan x 1 =
10
Rentang Nilai =
=
Pembagian kategori :
1) Rentang nilai 10,00 – 18 = Sangat buruk
2) Rentang nilai 18,01 – 26 = Buruk
3) Rentang nilai 26,01 – 34 = Cukup
4) Rentang nilai 34,01 – 42 = Baik
5)
Rentang
nilai 42,01 – 50 =
Sangat baik
2. Analisis Inferensial
a. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik sebagai uji persyaratan.
menurut Sulaiman (2004 ; 87), data hasil penelitian akan dianalisis secara
statistik dengan teknik analisis regressi sederhana dengan syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Model
analisis dikembangkan berdasarkan asumsi sebagaimana yang berlaku untuk model
analisis regressi sederhana, maka terlebih dahulu perlu diuji : normalitas,
multikolonieritas, heterokedastisitas, autokorelasi dan linieritas sebagai berikut
:
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa
suatu data terdistribusi secara normal atau tidak Uji normalitas dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof
Smirnov satu arah. Hair et al (1998), mengemukakan bahwa normalitas data
dapat dilihat dengan uji kolmogorof
Smirnov. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka suatu data
dapat disimpulkan terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov Smirnov dipilih dalam penelitian ini karena uji ini
dapat secara langsung menyimpulkan apakah data yang ada terdistribusi normal
secara statistik atau tidak. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan
probabilitas, jika probabilitas (ρ) > 0,05 maka data penelitian dinyatakan
berdistribusi normal
2) Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna diantara beberapa variabel
bebas yang digunakan dalam model.
Multikolonieritas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen
variabel yang dilibatkan dalam model. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas adalah dengan menganalisa matrik korelasi variabel-variabel
bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas (Ghozali,
2001). Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai toleran dan variance inflation factor (VIF),
(Ghozali, 2001). Nilai cut off yang
umum dipakai adalah nilai toleransi 0,10
atau sama dengan nilai VIF diatas 10 sehingga data yang tidak terkena
multikolonieritas nilai tolerensinya harus lebih dari 0,10 atau nilai VIF
kuarang dari 10.
3) Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varians variabel dalam model tidak
sama (konstan). Konsekuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh menjadi tidak
efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar, meskipun penaksir yang
diperoleh menggambarkan populasinya dan bertambahnya sampel yang digunakan akan
mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Hal ini disebabkan variansnya yang
tidak minimum atau dengan kata lain tidak efisien.
Untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas dapat
digunakan analisis residual yang berbentuk grafik scater Plot dimana bila data
menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu maka dapat
dikatakan tidak terjadi heterokedasitas. (Ghozali, 2001)
4) Uji Homogenitas
Pada uji persyaratan analisis yang berupa
homogenitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan atau
homogenitas varian nilai variabel terikat (variabel Y) yang didasarkan pada
setiap varian nilai variabel bebas tertentu (variabel X1, X2,
atau X3). Melalui penerapan uji homogenitas data ini dapat diketahui
apakah residu dari nilai variabel terikat untuk setiap nilai variabel bebas
yang ada dapat dikategorikan sebagai homogen atau tolak homogen. Teknik ujinya
dengan menggunakan uji Lavene, yang
tujuannya untuk mengetahui variabel Y atas variabel bebas yang ada, Variabel X1,
X2, atau X3 , (Santoso 2003:271). Penentuan hipotesis
yang hendak diuji tingkat homogenitasnya dengan menggunakan kriteria norma
sebagai berikut :
a.
Ho = Varian variabel Y atas X adalah tidak identik atau tidak homogen.
b.
Ha = Varian variabel Y atas variabel X adalah identik atau homogen.
Pengambilan keputusan yang diterapkan dalam
melakukan uji Lavene ini berupa :
a. Jika nilai
probabilitas (p) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
b. Jika nilai
probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
5) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk meyakinkan bahwa
model regressi yang terbentuk memenuhi syarat kriteria kelinieran. caranya adalah
dengan melihat hasil plot residual terhadap harga-harga prediksi. jika grafik
antara harga-harga residual tidak membentuk suatu pola tertentu (misalnya :
parabola, kubik, dan sebagainya) maka asumsi linieritas terpenuhi (Sulaiman ;
2004;32)
Uji linearitas digunakan untuk melihat spesifikasi
model yang digunakan sudah benar atau tidak. Pengujian linearitas dalam
penelitian dilakukan dengan menggunakan Ramsey Test (Ghozali, 2005: 116), dan
pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS.
6) Uji Autokorelasi.
Model autokorelasi yang baik adalah jika tidak
terjadi autokorelasi, yaitu model regressi linier yang tidak ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya).
Menurut
Ghozali (2005; 95) Uji autokorelasi selain bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), juga menyatakan jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk melakukan uji
autokorelasi, pada penelitian ini menggunakan besaran Durbin Watson.
Tabel 5
Persyaratan Uji Autokorelasi
Hipotesis
Nol
|
Keputusan
|
Jika
|
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
|
Ditolak
Tidak ada keputusan
Ditolak
Tidak ada keputusan
Tidak
ditolak
|
0 < d < dL
dL £ d £ dU
4 - dL < d < 4
4 - dU £ d £ 4 - dL
dU < d < 4 - dU
|
Sumber
: Gujarati, 1995
b. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini. Metode pengujian terhadap hipotesis yang
diajukan dilakukan menggunakan uji t dan Uji F (Gujarati, 1995).
1) Korelasi sederhana dan regresi
linier sederhana
a. Perhitungan nilai
koefisien korelasi
Untuk menghitung koefisien korelasi
digunakan rumus Product Moment Pearson:
rxy =
|
r :
Koefisien korelasi
n :
Jumlah subyek
X : Skor total X
Y : Skor total Y
b. Regresi linier sederhana
Regresi linear sederhana didasarkan pada
hubungan fungsional atau kausal satu variabel bebas dengan satu variabel
terikat. Persamaan umum regresi linier sederhana
adalah:
Y = a + bX
Dimana :
Y =
Subyek dalam variabel bebas yang
diprediksikan.
a =
Harga Y bila X = 0 (harga konstan).
b =
Angka arah atau koefisien regresi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat yang
didasarkan pada variabel bebas. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi
penurunan.
Rumus
yang digunakan untuk mencari nilai (konstanta) dan nilai (koefisien regresi)
adalah sebagai berikut:
b =
a = - b
Di mana:
a =
Nilai Konstanta
Y =
Rata-rata variabel Y
X =
Rata-rata variabel X
2. Korelasi berganda dan regresi
linier berganda
a.
Korelasi berganda
Untuk
menghitung nilai koefisien korelasi berganda digunakan rumus sebagai berikut:
(rYX1X2) =
Di mana :
rYX1X2 = korelasi
antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y
rYX1 = Korelasi antara X1 dengan Y
rYX2 =
Korelasi antara X2 dengan Y
rYX2 = Korelasi
antara X1 dengan X2
b. Regresi linier berganda
Regresi linier berganda didasarkan pada
hubungan fungsional atau kausal dua variabel bebas atau lebih dengan satu
variabel terikat. Persamaan umum regresi linier berganda adalah:
Y = a0
+ b1X1 + b2X2
Untuk mencari nila a, b1, dan b2
dapat digunakan formula berikut ini.
an + b1SX1 + b2SX2 = SY
aSX1 + b1SX12 + b2SX1X2 = SX1Y
aSX2 + b1SX1X2 + b2SX22 = SX1Y
3. Perhitungan nilai koefisien determinasi
Untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat, digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien
ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel terikat yang
dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 berada pada interval 0£R2£1.
Secara.logika, makin baik estimasi model dalam menggambarkan data, maka
makin dekat nilai R ke nilai 1 (satu). Nilai R2
dapat diperoleh dengan rumus:
|
4. Uji Hipotesis dengan t-test dan F-test
Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan signifikan atau
tidak dengan variabel terikat secara individual untuk setiap variabel. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui nilai t-hitung adalah sebagai berikut:
thitung =
Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka untuk
menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut:
-
Jika t-hitung > t-tabel ;
Ho ditolak (ada hubungan yang signifikan)
-
Jika t-hitung < t-tabel ;
Ho diterima (tidak ada hubungan yang signifikan)
Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of
significance (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0.05) atau taraf
keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih
dari 5% berarti variabel tersebut tidak signifikan.
Uji hipotesis dengan F-test digunakan untuk menguji hubungan dua variabel
bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
|
Kriteria pengujian :
-
Jika nilai F-hitung >
F-tabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima.
-
Jika nilai
F-hitung < F-tabel, berarti Ho diterima, dan Ha ditolak
|
A.
Deskripsi Data Penelitian
1. Deskripsi Kinerja
Kinerja merupakan
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan perencanaan startegis (strategic
planing) suatu organisasi.
Untuk mengetahui kategori tanggapan
responden terhadap kinerja, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
Deskripsi Variabel Kinerja
No.
|
Skor
|
f
|
f %
|
Kategori
|
1.
|
17-31
|
44
|
62,9%
|
Sangat baik
|
2.
|
31,01-45
|
24
|
34,3%
|
Baik
|
3.
|
45,01-59
|
2
|
2,9%
|
Cukup
|
4.
|
59,01-73
|
0
|
0
|
Buruk
|
5.
|
73,01-85
|
0
|
0
|
Sangat buruk
|
|
Jumlah
|
70
|
100 %
|
|
Sumber : Data primer
yang diolah, 2009
Berdasarkan
Tabel 6 mengenai tanggapan responden terhadap kinerja, menunjukkan kategori
kinerja sangat baik sebanyak 44 orang (62,9%), kategori kinerja baik sebanyak
24 orang (34,3%), dan kategori kinerja cukup sebanyak 2 orang (2,9%). Dapat
disimpulkan mayoritas pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang
memiliki kinerja sangat baik, yaitu sebanyak 62,9%.
2. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional
Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh
manusiawi. Kecerdasan emosionalah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat
dan potensi kita dalam mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam
untuk mengubah dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani.
Untuk mengetahui kategori tanggapan
responden terhadap kecerdasan emosional, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional
No.
|
Skor
|
f
|
f %
|
Kategori
|
1.
|
17-31
|
20
|
28,6%
|
Sangat tinggi
|
2.
|
31,01-45
|
47
|
67,1%
|
Tinggi
|
3.
|
45,01-59
|
3
|
4,3%
|
Sedang
|
4.
|
59,01-73
|
0
|
0
|
Rendah
|
5.
|
73,01-85
|
0
|
0
|
Sangat Rendah
|
|
Jumlah
|
70
|
100 %
|
|
Sumber : Data primer
yang diolah, 2009
Berdasarkan
Tabel 7 mengenai tanggapan responden terhadap kecerdasan emosional, menunjukkan
kategori kecerdasan emosional sangat tinggi sebanyak 20 orang (28,6%), 47 orang
(67,1%) memiliki kategori kecerdasan emosional tinggi, dan 3 orang (4,3%)
memiliki kategori kecerdasan emosional sedang. Dapat disimpulkan mayoritas
pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang mengenai kecerdasan
emosional tergolong dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 67,1%.
3. Deskripsi Motivasi Kerja
Motivasi
merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan
organisasi, yang dikoordinasikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan individu.
Untuk mengetahui kategori tanggapan
responden terhadap motivasi kerja, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel
8
Deskripsi Variabel Motivasi Kerja
No.
|
Skor
|
f
|
f %
|
Kategori
|
1.
|
42,01 – 50
|
43
|
61,4%
|
Sangat tinggi
|
2.
|
34,01 – 42
|
27
|
38,6%
|
Tinggi
|
3.
|
26,01 – 26
|
0
|
0
|
Sedang
|
4.
|
18,01 – 26
|
0
|
0
|
Rendah
|
5.
|
10,00 – 18
|
0
|
0
|
Sangat Rendah
|
|
Jumlah
|
70
|
100
|
|
Sumber : Data primer
yang diolah, 2009
Berdasarkan
Tabel 8 mengenai tanggapan responden terhadap motivasi kerja, menunjukkan kategori
motivasi kerja sangat tinggi sebanyak 40 orang (61,4%), dan selebihnya memiliki
kategori motivasi kerja tinggi yaitu 27 orang (38,6%). Dapat disimpulkan
mayoritas pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang mengenai
motivasi kerja tergolong dalam kategori sangat tinggi, yaitu sebanyak 61,4%.
4. Deskripsi Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai dan dapat
mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya.
Untuk mengetahui kategori tanggapan
responden terhadap lingkungan kerja, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
Deskripsi Variabel Lingkungan
Kerja
No.
|
Skor
|
f
|
f %
|
Kategori
|
1.
|
42,01 – 50
|
1
|
1,4%
|
Sangat baik
|
2.
|
34,01 – 42
|
35
|
50%
|
Baik
|
3.
|
26,01 – 26
|
34
|
48,6%
|
Cukup
|
4.
|
18,01 – 26
|
0
|
0
|
Buruk
|
5.
|
10,00 – 18
|
0
|
0
|
Sangat buruk
|
|
Jumlah
|
70
|
100 %
|
|
Sumber : Data primer
yang diolah, 2009
Berdasarkan
Tabel 8 mengenai tanggapan responden terhadap lingkungan kerja, menunjukkan kategori
lingkungan kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang (1,4%), kategori lingkungan
kerja baik sebanyak 35 orang (50%), dan kategori lingkungan kerja cukup
sebanyak 34 orang (48,6%). Dapat disimpulkan mayoritas pegawai di lingkungan
Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang mengenai lingkungan kerja tergolong dalam
kategori baik, yaitu sebanyak 35%.
D. Hasil Uji Asumsi Klasik/Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Tabel
10
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
No
|
|
VAR00001
|
Kolmogorov-Smirnov (a)
|
||
|
|
Statistic
|
df
|
Sig.
|
|
1.
|
VAR00002
|
X1
|
.142
|
70
|
.128
|
2.
|
|
X2
|
.019
|
70
|
.800
|
3.
|
|
X3
|
.102
|
70
|
.070
|
4.
|
|
Y
|
.091
|
70
|
.330
|
a Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 10 pada baris
Signifikansi diperoleh nilai signifikansi dari semua variabel > 0,05 yang berarti bahwa
data dari masing-masing variabel berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Hasil perhitungan statistik menggunakan
SPSS versi 12, diperoleh hasil perhitungan multikolinieritas untuk variabel
kecerdasan emosional, motivasi kerja, dan lingkungan kerja dapat disajikan
seperti pada tabel 11.
Tabel 11
Hasil Perhitungan Multikolinieritas
No |
Collinearity Statistics |
||
Variabel
|
Tolerance |
VIF
|
|
1.
|
Kecerdasan emosional (X1)
|
0,693
|
1,442
|
2.
|
Motivasi kerja (X2)
|
0,690
|
1,450
|
3.
|
Lingkungan kerja (X3)
|
0,689
|
1,451
|
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan Tabel 11
menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami gangguan multikolinieritas. Hal
ini tampak pada nilai tolerance untuk
kedua variabel tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 10 persen. Jadi hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi.
3. Uji
Heterokedastisitas
Hasil perhitungan menggunakan program
SPSS dapat disajikan pada gambar 1.
Gambar 1 Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas pada gambar
1 menunjukkan bahwa titik-titik (menggambarkan data) menyebar secara acak,
tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas menggunakan uji Levene (Ghozali,
2001: 69). Pengujian homogenitas varians skor variabel terikat untuk setiap
nilai skor variabel bebas tertentu dengan uji Levene tersebut dilakukan
berdasarkan kelompok setiap variansi nilai dari skor bebas. Uji Levene digunakan
untuk mengetahui homogenitas varians y atas X1, y atas X2,
y atas X3, dilakukan dengan SPSS versi 12. Dasar
pengambilan keputusnnya berdasarkan pada nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05
dapat disimpulkan bahwa data-data bersifat homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat dari output
SPSS versi 12 seperti pada tabel 12.
Tabel 12
Hasil Uji Homogenitas Menggunakan Levene
Sumber : Data primer yang diolah,
2009
Berdasarkan Tabel 12 pada baris Signifikansi diperoleh nilai
dari semua variabel > 0,05 yang berarti bahwa data dari masing-masing
variabel tidak mengandung heteroskedastisitas atau bersifat homogen.
5. Uji Linieritas
Hasil
uji linearitas dengan model Ramsey Test menggunakan program SPSS (lampiran XIII)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
F hitung =
Sedangkan F
tabel dengan df = 65 dan k = 4 diperoleh nilai F tabel sebesar 2,75. Jadi F
hitung (167,692) > F tabel (2,75) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang terbentuk memenuhi syarat kreteria kelinieran.
6. Uji Autokorelasi
Untuk
melakukan pengujian linearitas disini juga digunakan uji autokorelasi dilakukan
dengan uji mapping Durbin Watson (DW). Dari regresi diperoleh angka DW sebesar
2,115. Dengan jumlah data (n) sama dengan 70 dan jumlah variabel (k) sama
dengan 3 serta a= 5%
diperoleh angka dL = 1,52 dan dU = 1,70.
Tabel 13
Hasil Pengujian Durbin Watson
Berdasarkan Tabel 13, pada uji
autokorelasi dengan menggunakan uji mapping Durbin Watson (DW). dapat dijelaskan sebagai berikut :
|
|
|
|
|||||||||||
Autokorelasi negatif
|
Tanpa kesimpulan
|
Tidak terdapat autokorelasi
|
Tanpa kesimpulan
|
Autokorelasi positif
|
||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
Gambar 3 Hasil
Pengujian Durbin Watson
Karena nilai DW (Durbin Watson) = 2,115 terletak antara
4-dU dan dU maka model persamaan regresi yang diajukan tidak terdapat autokorelasi baik positif
maupun negatif.
E. Hasil Uji Hipotesis/Uji Pengaruh
1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Kinerja Pegawai
Rumusan Hipotesis :
Ho : b1
= 0, Kecerdasan Emosional tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Ha : b1
> 0, Kecerdasan Emosional mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Hasil analisis tersebut menghasilkan output yang
dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Hasil output SPSS tentang pengujian regresi
sederhana menunjukkan nilai coefficients B untuk konstanta sebesar 16,379,
nilai ini menunjukkan bahwa jika kecerdasan emosional diabaikan atau dianggap nol, maka
kinerja pegawai tetap (tidak mengalami perubahan). Sedangkan hasil coefficients
B untuk variabel kecerdasan emosional sebesar 0,821, hasil ini menunjukkan
bahwa jika kecerdasan emosional mengalami peningkatan, maka kinerja pegawai
akan meningkat sebesar 82,1%. Hasil tersebut dapat dituliskan dalam persamaan
sebagai berikut:
Y = 16,379 + 0,821X1
Dimana : Y = Kinerja Pegawai
a =
Konstanta
X1 = Kecerdasan emosional
Tabel 14
Hasil Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Kinerja
Pegawai
Untuk
menyatakan persamaan Y = 16,379 + 0,821X1 memenuhi persamaan linearitas
ditunjukkan oleh Anova table melalui deviation from linearity sig.= 0,083
lebih besar dari 0,05.
Tabel 15
Uji Linearitas
Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Pegawai
Selanjutnya pada output ANOVA,
tampak bahwa nilai F = 51,010 dengan p =
0,000. Oleh karena nilai p < 0,05 mana regresi dapat dipakai
untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel 16
Output ANOVA
(1)
Nilai pearson
correlation variabel bebas kecerdasan emosional terhadap variabel terikat
kinerja pegawai (rx1.y)
dicari melalui output correlations diperoleh hasil p (sig) = 0,000 dan nilai r = 0,655. Karena
nilai p <
0,05 maka hubungan variabel bebas kecerdasan emosional dengan variabel terikat kinerja
pegawai dapat dikatakan signifikan, sedangkan kekuatan pengaruhnya ditunjukkan
oleh besaran r sebesar 0,655.
Tabel 17
Output Correlation
(2)
Uji hipotesis dengan T-test digunakan untuk menguji
hubungan satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Tabel 18
Output t hitung
Hasil
perhitungan SPSS versi 12 dengan menggunakan uji t untuk variabel
kecerdasan emosional (X1), diperoleh nilai t hitung sebesar 7,142
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) n-k (70-1) = 69
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,667. Dari hasil tersebut mengindikasikan
bahwa nilai t hitung sebesar 7,142 lebih besar dari t tabel sebesar 1,667 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan : ”Kecerdasan
emosional mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai“ terbukti kebenarannya.
Hasil
pembuktian hipotesis secara grafis dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4 Uji Hipotesis Kecerdasan
Emosional (X1)
Gambar
4 menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di atas nilai t tabel, yaitu
7,142 > 1,667 yang mana nilai t
hitung berada pada daerah penolakan Ho, sehingga hipotesis yang telah
dirumuskan terbukti kebenarannya
Pada
output ANOVA table dihasilkan nilai F
hitung 51,010 dan sig.= 0,000. Menentukan F tabel dengan menggunakan tingkat keyakinan
95%, a=5%; df2= n-k-1 = 70-1-1= 68, hasil diperoleh F
tabel sebesar 3,98. Kreteria pengujian Ho ditolak bila F hitung > F tabel (51,010
> 3,98) artinya ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas kecerdasan
emosional terhadap variabel terikat kinerja pegawai.
2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Rumusan Hipotesis :
Ho : b2
= 0, Motivasi kerja tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Ha : b2
> 0, Motivasi kerja mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Hasil analisis tersebut menghasilkan output yang
dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Hasil output SPSS tentang pengujian regresi
sederhana menunjukkan nilai coefficients
B untuk konstanta sebesar 16,098, nilai ini menunjukkan bahwa jika motivasi
kerja diabaikan atau dianggap nol, maka kinerja pegawai tetap (tidak mengalami
perubahan). Sedangkan hasil coefficients
B untuk variabel motivasi kerja sebesar 1,315, hasil ini menunjukkan bahwa
jika motivasi kerja mengalami peningkatan, maka kinerja pegawai akan meningkat.
Hasil tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 16,098 + 1,315X2
Dimana : Y = Kinerja pegawai
a =
Konstanta
X2 = Motivasi kerja
Tabel 19
Hasil Analisis Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Pegawai
Untuk
menyatakan persamaan Y = 16,098 + 1,315X2 memenuhi persamaan linearitas
ditunjukkan oleh Anova table melalui deviation from linearity sig.= 0,066
lebih besar dari 0,05.
Tabel 20
Uji Linearitas Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Selanjutnya pada output ANOVA,
tampak bahwa nilai F = 56,503 dengan p =
0,000. Oleh karena nilai p < 0,05 mana regresi dapat dipakai
untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel 21
Output ANOVA
(1)
Nilai pearson correlation
variabel bebas motivasi kerja terhadap variabel terikat kinerja pegawai (rx2.y) dicari melalui output
correlations diperoleh hasil p (sig)
= 0,000 dan nilai r = 0,674. Karena nilai p < 0,05 maka hubungan
variabel bebas motivasi kerja dengan variabel terikat kinerja pegawai dapat
dikatakan signifikan, sedangkan kekuatan pengaruhnya ditunjukkan oleh besaran r
sebesar 0,674.
Tabel 22
Output Correlation
(2)
Uji hipotesis dengan T-test digunakan untuk menguji
hubungan satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Tabel
23
Output t hitung
Hasil
perhitungan SPSS versi 12 dengan menggunakan uji t untuk
variabel motivasi kerja (X2), diperoleh nilai t hitung sebesar 7,517
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) n-k (70-1) = 69
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,667. Dari hasil tersebut mengindikasikan
bahwa nilai t hitung sebesar 7,517 lebih besar dari t tabel sebesar 1,667 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan : ”Motivasi
kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai“ terbukti kebenarannya.
Hasil
pembuktian hipotesis secara grafis dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5 Uji Hipotesis
Motivasi Kerja (X2)
Gambar
5 menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di atas nilai
t tabel, yaitu 7,571 > 1,667, yang
mana nilai t hitung berada pada daerah penolakan Ho, sehingga hipotesis yang
telah dirumuskan terbukti kebenarannya
Pada
output ANOVA table dihasilkan nilai F
hitung 56,503 dan sig.= 0,000. Menentukan F tabel dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95%, a=5%; df2= n-k-1 = 70-1-1= 68, hasil diperoleh F
tabel sebesar 3,98. Kreteria pengujian Ho ditolak bila F hitung > F tabel (56,503
> 3,98) artinya ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas motivasi
kerja terhadap variabel terikat kinerja pegawai.
3. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Rumusan Hipotesis :
Ho : b3
= 0, Lingkungan kerja tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Ha : b3
> 0, Lingkungan kerja mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Hasil analisis tersebut menghasilkan output yang
dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Hasil output SPSS tentang pengujian regresi
sederhana menunjukkan nilai coefficients
B untuk konstanta sebesar 37,522, nilai ini menunjukkan bahwa jika
lingkungan kerja diabaikan atau dianggap nol, maka kinerja pegawai tetap (tidak
mengalami perubahan). Sedangkan hasil coefficients
B untuk variabel lingkungan kerja sebesar 1,019, hasil ini menunjukkan
bahwa jika lingkungan kerja mengalami peningkatan, maka kinerja pegawai akan
meningkat. Hasil tersebut dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Y = 37,522 + 1,019X3
Dimana : Y = Kinerja pegawai
a =
Konstanta
X3 = Lingkungan kerja
Tabel 24
Hasil Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Pegawai
Untuk
menyatakan persamaan Y = 37,522 + 1,019X3 memenuhi persamaan linearitas
ditunjukkan oleh Anova table melalui deviation from linearity sig.= 0,646
lebih besar dari 0,05.
Tabel 25
Uji Linearitas Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Selanjutnya pada output ANOVA,
tampak bahwa nilai F = 36,105 dengan p =
0,000. Oleh karena nilai p < 0,05 mana regresi dapat dipakai
untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel 26
Output ANOVA
(1)
Nilai pearson
correlation variabel bebas lingkungan kerja terhadap variabel terikat
kinerja pegawai (rx3.y)
dicari melalui output correlations diperoleh hasil p (sig) = 0,000 dan nilai r = 0,589. Karena
nilai p <
0,05 maka hubungan variabel bebas lingkungan kerja dengan variabel terikat kinerja
pegawai dapat dikatakan signifikan, sedangkan kekuatan pengaruhnya ditunjukkan
oleh besaran r sebesar 0,589.
Tabel 27
Output Correlation
(2)
Uji hipotesis dengan T-test digunakan untuk menguji
hubungan satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Tabel
28
Output t hitung Lingkungan Kerja
Hasil
perhitungan SPSS versi 12 dengan menggunakan uji t untuk
variabel lingkungan kerja (X3), diperoleh nilai t hitung sebesar 6,009
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) n-k (70-1) = 69
diperoleh nilai t tabel sebesar 1,667. Dari hasil tersebut mengindikasikan
bahwa nilai t hitung sebesar 6,009 lebih besar dari t tabel sebesar 1,667 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan : ”Lingkungan
kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai“ terbukti kebenarannya.
Hasil
pembuktian hipotesis secara grafis dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 6 Uji Hipotesis Lingkungan
Kerja (X3)
Gambar
6 menunjukkan bahwa nilai t hitung berada di atas nilai
t tabel, yaitu 7,571 > 1,667, yang
mana nilai t hitung berada pada daerah penolakan Ho, sehingga hipotesis yang
telah dirumuskan terbukti kebenarannya
Pada
output ANOVA table dihasilkan nilai F
hitung 36,105 dan sig.= 0,000. Menentukan F tabel dengan menggunakan tingkat
keyakinan 95%, a=5%; df2= n-k-1 = 70-1-1= 68, hasil diperoleh F
tabel sebesar 3,98. Kreteria pengujian Ho ditolak bila F hitung > F tabel (36,105
> 3,98) artinya ada pengaruh secara signifikan antara variabel bebas lingkungan
kerja terhadap variabel terikat kinerja pegawai.
4.
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja Pegawai
Perumusan Hipotesis
Ho : β1, β2, β3 = 0 Kecerdasan Emosional, Motivasi dan
Lingkungan Kerja secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai
dinas Dikpora Kabupaten Pemalang
Ha : β1, β2, β3 > 0 Kecerdasan emosional, Motivasi dan Lingkungan
Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang
Hasil
perhitungan menggunakan program SPSS versi 12 dapat dilihat
pada tabel 29.
Tabel 29
Hasil Analisis Pengaruh
Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawi
Tabel 30
Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja
Pegawai
Berdasarkan Tabel 29,
maka persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Y= α + β1. X1 + β2. X2 + β3. X3 + e
Y = -5,061 + 0,450X1 +
0,767X2 + 0,396X3
Keterangan :
Y = Kinerja Pegawai
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
X1 =
Kecerdasan emosional
X2 =
Motivasi kerja
X3 = Lingkungan kerja
e =
Kesalahan random
Berdasarkan hasil
persamaan regresi tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Hasil koefisien regresi variabel X1
(Kecerdasan Emosional) sebesar 0,450 (dengan tanda positif),
menunjukkan semakin tinggi Kecerdasan Emosional,
maka kinerja akan semakin meningkat
b.
Hasil koefisien regresi variabel X2
(Motivasi Kerja) sebesar 0,767 (dengan tanda positif),
menunjukkan semakin tinggi Motivasi Kerja,
maka kinerja akan semakin meningkat.
c.
Hasil koefisien regresi variabel X3
(Lingkungan Kerja) sebesar 0,396 (dengan tanda positif),
menunjukkan semakin baik Lingkungan Kerja,
maka kinerja akan mengalami peningkatan
Hasil
perhitungan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 38,128 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan DF1 sebesar 3, dan DF2 sebesar (n-k-1) =
70 – 3 – 1 = 66, dan a=5%, diperoleh nilai F tabel sebesar 2,74. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 38,128 lebih besar dari F tabel
sebesar 2,74 ; dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05,
yang mana nilai tersebut menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
hipotesis yang menyatakan “Kecerdasan Emosional, Motivasi dan Lingkungan kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang” terbukti kebenarannya.
Hasil
pembuktian hipotesis secara grafis dapat dilihat pada gambar berikut 7.
Gambar 7 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Gambar 7
menunjukkan bahwa nilai F hitung berada diatas nilai F tabel, yaitu 38,128 >
2,74, yang mana nilai F hitung berada pada daerah penolakan Ho, sehingga
hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya.
5. Koefisien Determinasi
Perhitungan
koefisien determinasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS versi 12, yang mana hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31
Hasil uji
koefisien determinasi
Sumber
: Data primer yang diolah, 2009
Berdasarkan
Tabel 31 menunjukkan nilai R square (R2) sebesar 0,634. Hal ini
berarti bahwa 63,4% kinerja pegawai (Y) dapat dijelaskan
oleh variasi kecerdasan emosional (X1), motivasi kerja (X2),
dan lingkungan kerja (X3). Sedangkan selebihnya, yaitu 36,6% kinerja
pegawai (Y), dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Kinerja Pegawai
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, mengindikasikan variabel kecerdasan emosional
memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja. Hal ini
menunjukkan semakin baik kecerdasan emosional, maka kinerja pegawai di
lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang juga semakin meningkat.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Trihandini
(2005) ; dengan menggunakan uji regressi linier berganda menghasilkan penelitian
ada pengaruh positif antara kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual
terhadap kinerja karyawan di Hotel Horizon Semarang.
Edwardin (2006) ; dengan menggunakan
uji regressi linier berganda yang menghasilkan penelitian bahwa Kompetensi
Komunikasi, Kecerdasan Emosional dan Budaya Organisasi secara signifikan
mempengaruhi Kinerja Karyawan di PT Pos Indonesia se-Kota Semarang.
Inu
Indarto (2007) ; dengan menggunakan uji regressi linier berganda yang
menghasilkan penelitian bahwa Kecerdasan Emosi
dan Komitmen berorganisasi secara
siginifikan mempengaruhi Respon Guru Mengenai Perubahan Kurikulum di SMK
Kabupaten Bresbes
Ketiga
peneliti tersebut menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
kinerja karyawan, dan respon baik guru.
Menurut
Goleman (2000), kecerdasan emosional atau emotional
Quotient merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dan
kecakapan emosi adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan
emosional yang dapat menghasilkan kinerja menonjol dalam pekerjaan. Kerangka
kerja kecerdasan emosional adalah kesadaran diri, pengaturan, motivasi, empati
dan ketrampilan sosial.
Apabila
emosional diri/kesadaran diri pegawai semakin baik, mereka akan bekerja dengan
lebih baik dan bahkan cenderung sesuai dengan harapan/standar yang diberlakukan
organisasi, sehingga pada akhirnya mereka akan mencapai kinerja yang lebih
baik.
2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Hasil
penelitian menunjukkan variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi motivasi
kerja, maka kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang akan
semakin meningkat.
Robbin
(1996) mengemukakan motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi, yang dikoordinasikan oleh kemampuan
upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Motivasi kerja pegawai
merupakan dorongan dalam diri seorang pegawai yang menimbulkan semangat untuk
melaksanakan pekerjaan secara lebih giat, sehingga produktivitas daan
efektifitas kerjanya cenderung meningkat. Timbulnya motivasi kerja pegawai
dapat dipengaruhi oleh adanya rangsangan, baik yang datang dari dalam diri
pegawai sendiri (faktor intrinsik/faktor intern)
maupun berasal dari pengaruh luar pegawai (faktor ekstrinsik/faktor ekstern).
Motivasi
dapat memberikan dorongan kepada pegawai untuk bekerja dengan lebih baik. Pegawai
yang termotivasi tentunya mereka akan memiliki semangat dalam bekerja dan hal
ini tentunya akan meningkatkan kinerja mereka.
3. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Hasil
penelitian menunjukkan variabel lingkungan kerja berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja. Hal ini mengindikasikan semakin baik lingkungan
kerja, maka kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang akan
semakin meningkat.
Lingkungan
kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat antara orang-orang yang
ada dalam lingkungannya. Meskipun pegawai diberikan rangsangan yang layak,
semangat kerja bisa menjadi jelek apabila lingkungan kerjanya diabaikan. Oleh
karena itu hendaknya diupayakan agar lingkungan kerja harus baik dan kondusif
karena lingkungan kerja yang baik dan kondusif akan membuat pegawai merasa
betah diruangan, merasa senang, bersemangat melaksanakan kegiatan atau
tugasnya. Namun sebaliknaya jika lingkunagn kerjanya tidak baik maka pegawai
merasa tidak betah berada diruangan kerjanya dan akan menimbulkan perasaan
malas serta tidak bersemangat untuk melakukan tugas-tugas diruangannya.
Menyadari akan peranan dan kedudukan manusia sangat penting didalam menentukan
keberhasilan sebuah organisasi, maka tingkat semangat kerja pegawai yang tinggi
sangat diperlukan oleh setiap organisasi dalam mencapai tujuannya.
Suasana kenyamanan
yang dirasakan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, baik kenyamanan yang
timbul dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, pada dasarnya
dapat mendorong gairah bekerja dan
kinerja pegawai yang bersangkutan dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya,
sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
kerja pegawai yang bersangkutan. Peningkatan produktivtas kerja pegawai
tersebut sudah barang tentu akan mempermudah tercapainya tujuan organisasi,
sehingga juga menggambarkan adanya peningkatan kinerja pegawai yang
bersangkutan.
4. Pengaruh
Kecerdasan Emosional, Motivasi Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Pegawai
Hasil
analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, motivasi kerja dan lingkungan
kerja memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kecerdasan
emosional, motivasi kerja, dan lingkungan kerja, maka kinerja pegawai akan
semakin meningkat. Kemampuan pegawai untuk menggunakan emosi secara efektif
dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi orang lain, misalnya kemampuan Self Awareness (Kesadaran diri); Self Regulation/Management (Mengelola
diri sendiri); Self Motivation
(Motivasi diri); Emphaty (Empati);
dan Effective Relationship (Hubungan
yang efektif), maka kemampuan kerja pegawai akan semakin meningkat dan hal ini
tentunya kinerja yang dihasilkan pegawai juga akan semakin baik. Bukan hanya
kecerdasan emosional saja, motivasi kerja juga dapat mempengaruhi kinerja
pegawai. Motivasi pegawai yang semakin tinggi, yaitu berupa dorongan diri
pegawai untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik dalam rangka pencapaian
tujuan pekerjaan yang telah ditetapkan, misanya berupa Dorongan bekerja lebih
baik; Persaingan yang sehat membuat belajar dan bekerja lebih baik; Dorongan
membantu pekerjaan rekan-rekan; dan Berdiskusi sesama pegawai, maka hal ini
juga dapat meningkatkan kinerja pegawai. Selain kedua faktor tersebut, yaitu
kecerdasan emosional dan motivasi kerja, lingkungan kerja juga mampu memberikan
pengaruh terhadap kinerja. Lingkungan kerja dalam hal ini adalah segala sesuatu
yang ada disekitar pegawai dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, misalnya berupa Kebersihan ruangan dan
lingkungan kantor; Ketersediaan sarana dan prasarana kantor; Keamanan dalam
bekerja; Suasana kerja yang kondusif (hubungan atasan dan bawahan); Interaksi
yang harmonis antar pegawai. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
pegawai tentunya dapat bekerja dengan lebih baik dan hal ini akan berdampak
terhadap peningkatan kinerja mereka.
G. Keterbatasan Penelitian
Mengingat upaya
peningkatan kinerja pegawai di lingkungan instansi pemerintah melibatkan banyak
faktor yang kompleks sifatnya, sehingga temuan hasil penelitian yang
membuktikan adanya pengaruh faktor – faktor kecerdasan emosional, motivasi dan
lingkungan kerja terhadap kinerja ini, pada dasarnya hanya merupakan salah satu
aspek yang terbatas penerapannya.
Keterbatasan
temuan hasil penelitian ini terlihat pada besaran koefisien determinasi (R-Square) yang hanya sebesar 0,634. Hal
ini mengisyaratkan bahwa kontribusi yang disumbangkan faktor – faktor kecerdasan
emosional, motivasi dan lingkungan kerja terhadap upaya peningkatan kinerja
pegawai ini, hanya sebesar 63,40 %. Dengan demikian faktor – faktor lain di
luar ketiga variabel bebas tersebut memiliki potensi yang lebih kecil (36,6%)
dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja pegawai. Oleh karenanya
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan fokus permasalahan di bidang
kepegawaian, sehingga hasil penelitiannya dapat memberikan implikasi yang
efektif terhadap peningkatan kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang.
H. Implikasi
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil
analisis kuantitatif yang menggambarkan adanya keterkaitan yang signifikan
antara variabel – variabel penelitian yang ada. Hal ini mengisyaratkan adanya
implikasi hasil penelitian yang berupa perlunya kebijakan di bidang peningkatan kinerja pegawai di
institusi pemerintahan terutama Dinas Dikpora
Kabupaten Pemalang.
Implikasi
kebijakan yang dimaksud berupa penerapan strategi pembinaan kepegawaian yang
menitikberatkan fokus permasalahan bahan kajiannya pada faktor – faktor kecerdasan
emosional, motivasi dan lingkungan kerja pegawai. Melalui fokus bahan kajian
tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja
pegawai secara signifikan pula.
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai berikut :
a.
Variabel
Kecerdasan Emosional (X1) memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini
mengindikasikan semakin baik kecerdasan emosional, maka kinerja pegawai di
lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang akan semakin meningkat. Hasil uji
hipotesis menunjukkan nilai signifikansi t variabel kecerdasan emosional lebih
kecil 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya hipotesis yang
menyatakan ”Kecerdasan Emosional mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai“ terbukti kebenarannya.
b.
|
c.
Variabel Lingkungan
Kerja (X3) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja. Hal ini mengindikasikan semakin baik lingkungan
kerja, maka kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang akan
semakin meningkat. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi t variabel
lingkungan kerja lebih kecil 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya hipotesis yang menyatakan ”Lingkungan Kerja
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai“ terbukti kebenarannya.
d.
Hasil uji secara simultan menunjukkan
variabel kecerdasan emosional (X1), motivasi kerja (X2),
dan lingkungan kerja (X3) memberikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang. Hasil
signifikansi F diperoleh nilai lebih kecil dari 0,05 menunjukkan Ho ditolak dan
Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan ”Kecerdasan
Emosional, Motivasi, dan Lingkungan
Kerja, secara simultan mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai” terbukti
kebenarannya.
e.
Dari ketiga variabel yang
dianalisis, yaitu kecerdasan emosional (X1), motivasi kerja (X2),
dan lingkungan kerja (X3), ternyata yang memberikan pengaruh
yang besar atau kontribusi tertinggi terhadap kinerja adalah
variabel Motivasi Kerja
(X2), dengan nilai standardized
coefficients beta sebesar 0,393, dan variabel yang memberikan pengaruh
yang kecil atau kontribusi terkecil adalah lingkungan kerja (X3)
dengan nilai standardized coefficients
beta sebesar 0,229.
B.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang dilakukan, dapat diajukan saran penelitian sebagai berikut :
1. Kecerdasan Emosional memberikan pengaruh terhadap
kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang. Upaya yang bisa
dilakukan untuk menindaklanjuti hal tersebut adalah perlunya melakukan
pembinaan maupun pelatihan kepada para pegawai. Apabila kegiatan tersebut dilakukan secara rutin,
maka kecerdasan emosional pegawai akan menjadi lebih baik lagi.
2. Motivasi Kerja di sini juga memberikan pengaruh
terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang. Upaya
yang bisa dilakukan untuk menindaklanjuti hal tersebut pimpinan harus mampu
menumbuhkan motivasi kerja kepada para pegawai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan reward hasil kerja pegawai, menyapa
pegawai, melakukan komunikasi dengan pegawai (baik formal maupun informal). Apabila
hal tersebut dilakukan, pegawai merasa lebih dihargai oleh pimpinan.
3. Variabel Lingkungan Kerja memberikan pengaruh terhadap
kinerja pegawai di lingkungan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang. Upaya yang bisa
dilakukan Dinas Dikpora Kabupaten Pemalang adalah dengan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif. Selain itu, hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan
pegawai, maupun pegawai dengan pegawai harus selalu dijaga. Dengan harmonisnya
kondisi lingkungan intern maupun ekstern, maka pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya akan memperoleh kenyamanan, sehingga hal ini berimplikasi pada
peningkatan kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Selamat pagi pak....bisakah saya mendapatkan kuesioner yang Bapak gunakan dalam penelitian ini, sebagai bahan pembuatan tesis saya. Terima kasih sebelumnya atas bantuan Bapak.
BalasHapusmalam pak, mungkinkah saya melihat kuesioner yang bapak gunakan? terima kasih
BalasHapusAdmin Boleh dikirim File .doc ke email saya muhammadzainularifin6@gmail.com
BalasHapusInshaAllah nanti saya tidak lupa untuk berbalas budi
ijin dowload buat refensi
BalasHapus