.::|Pembelajaran | Karya Ilmiah | Metodologi Penelitian | Artikel | Skripsi | Tesis | Metodologi Penelitian | Statistik | Latihan-latihan |::.

Sabtu, 21 April 2012

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, DAN PERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP PROFESIONALISME GURU


S A R I

Hasil pengujian dengan bantuan SPSS menunjukkan variabel supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi t lebih rendah dari 0,05, menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel perencanaan kegiatan belajar mengajar memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi t lebih rendah dari 0,05, menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar secara simultan memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi F lebih rendah dari 0,05. Hal ini mengindikasikan Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa 56,5% profesionalisme guru dapat dijelaskan oleh variasi supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan sisanya yaitu 43,5% profesionalisme guru dijeaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci : Supervisi, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Profesionalisme
 


A.  PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
            Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam pelaksanaan program pembelajaran di sekolah. Selain itu, guru juga memiliki tanggung jawab atas ketercapaian tujuan pembelajaran di sekolah. Berkaitan dengan profesionalisme guru, pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi guru meliputi : (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berkaitan dengan kompetensi, Hamalik (2008: 34) mengkategorikan kompetensi keguruan menjadi tiga, yaitu : (1) kompetensi profesional, (2) kepribadian, dan (3) kemasyarakatan. Sementara itu,      Rebore (1991) membagi kompetensi guru menjadi tiga, yaitu (1) teaching performance, (2) profesional quality, dan (3) personal quality.
            Keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia. Melalui kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara sistematis, terprogram, dan berkelanjutan diharapkan berbagai kesulitan guru ketika proses pembelajaran akan dapat diatasi, dan pada akhirnya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Dalam situasi demikian, maka pengawasan terhadap sekolah pasti berbeda model dan pendekatannya. Oliva (1984: 19-20) menjelaskan ada empat macam peran seorang pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu sebagai: coordinator, consultant, group leader dan evaluator. Supervisor harus mampu mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru.
            Selain faktor supervisi kepala sekolah, faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi profesionalisme guru adalah perencanaan kegiatan belajar mengajar. Dengan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang baik, mengindikasikan guru juga memiliki profesionalisme yang baik pula. Oleh karena itu, dalam meningkatkan profesionalisme guru proses perencanaan kegiatan belajar mengajar memiliki peran yang penting.

2.      Rumusan Masalah
            Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
a.       Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang?
b.      Seberapa besar pengaruh perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang?
c.       Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang?

3.      Tujuan Penelitian
            Tujuan dari penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang
b.      Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang
c.       Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang

B.     LANDASAN TEORI
1.      Profesionalisme Guru
            Profesionalisme berasal dari bahasa Inggris Professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional (Saudagar & Ali Idrus, 2009: 96). Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.
            Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas (Kunandar, 2006: 3). Jasin Muhammad yang dikutip oleh Yunus Namsa, beliu menjelaskan bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli (Namsa, 2005: 29).
            Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara akademis. Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna (Kunandar, 2007: 46).
            Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 46-47) Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar (Hamalik, 2006: 27).
            Namsa (2006: 23) mengemukakan pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:
a.             Menguasai bahan meliputi:
1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;
2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;
b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1) Merumuskan tujuan intsruksional;
2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat;
3) Melaksanakan program belajar mengajar;
4) Mengenal kemampuan anak didik;
c. Mengelola kelas, meliputi:
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;
d. Menggunakan media atau sumber, meliputi:
1) Mengenal, memilih dan menggunakan media;
2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;
3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan;
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:
a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;
b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;
i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah;
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran (Namsa, 2006: 37-38)
            Ciri-ciri guru dinyatakan profesional dalam Supriadi (1998: 32) adalah sebagai berikut :
1.      Guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti  bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.
2.      Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3.      Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4.      Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya ia harus belajar menyeduakan waktu untuk mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
5.      Guru seyogyakan merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan organisasi profesinya

2.      Supervisi Kepala Sekolah
            Istilah supervisi berasal dari bahasa latin “supervideo”, yang artinya mengawasi (oversee), atau menilai kinerja bawahan (Wahyudi, 2009: 97). Menurut Mulyasa (2003: 73), dalam Wahyudi (2009:97) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan supervisi sering digunakan secara bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan, dan inspirasi.
            Purwanto (2002: 76) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Pendapat lain mengenai deskripsi supervisi menurut Harahap (1994: 26) kegiatan yang dilakukan terhadap orang yang menimbulkan atau yang potensial, menimbulkan komunikasi dua arah.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan pada diri setiap guru oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah (Pidarta, 2009: 18): 1) kepribadian guru; 2) peningkatan profesi secara kontinu; 3) proses pembelajaran; 4) penguasaan materi pelajaran; 5) keragaman kemampuan guru; 6) keragaman daerah; dan 7) kemampuan guru dalam bekerja sama dengan masyarakat.
3.      Kegiatan Belajar Mengajar
            Menurut Sudjana (1999: 47) berpendapat bahwa ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar (merencanakan rencana belajar), kedua adalah menggunakan atau pendekatan mengajar (alat peraga) dan tahap ketiga prinsip mengajar (persiapan mental). Mempersiapkan diri sebelum mengajar menurut tiga aspek tersebut akan membuat pengajar siap serta penuh percaya diri untuk memasuki ruangan kelas, karena pengajar tersebut telah mengetahui cara yang akan digunakan untuk menjelaskan bahan pelajaran.
            Menurut Ursilah (2008: 87) dalam penelitiannya bahwa kesiapan mengajar adalah Strategi mengajar yang merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan metode dan alat serta evaluasi agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Berdasarkan pengertian kesiapan dan mengajar diatas, dapat dikemukakan bahwa kesiapan mengajar adalah suatu titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk melakukan sesuatu kegiatan mengorganisasi lingkungan dengan baik yang menetapkan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa agar dapat belajar dan kegiatan tersebut terikat oleh suatu tujuan tertentu.
            Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar (Hamalik, 2005: 27). Kemampuan ini dalam melakasanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinaksikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian evaluasi. Pada tahap berikutnya adalah tindakan atau praktik mengajar.
            Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Glasser; dalam Sudjana (1999: 32) yakni; a) menguasai bahan belajar, b) kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa, c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran dan d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa.



4.      Kerangka Pikir
            Supervisi yang baik perlu dilakukan untuk membuat guru lebih profesional. Perencanaan kegiatan belajar mengajar serta harus diterapkan agar guru mampu mengajar secara profesional. Selanjutnya Kedisiplinan yang baik juga bisa menciptakan profesionalisme. Untuk itu, Supervisi yang baik, perencanaan belaar mengakar yang baik serta budaya disiplin yang memadai diharapkan mampu membuat profesionalsime guru semakn baik.
            Sebagai manajer dan supervisor. Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Peran kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kunjungan kelas, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.
            Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurukuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara terprogram dan sistematis dimungkinkan akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa, dalam hal ini prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.
            Melalui sebuah perencanaan pembelajaran seorang guru dapat memperkirakan hal apa yang akan dilakukan saat melaksanakan pembelajaran. Hal-hal yang dapat diperoleh dari perencanaan pembelajaran diantaranya adalah : a. Tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai; b. Penyampian materi akan lebih mudah dan berurutan; c. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien; d. Pengukuran akan hasil pembelajaran akan lebih jelas dan mudah.
            Dari beberapa keuntungan dari pembuatan perencanaan pembelajaran tersebut menunjukan bahwa perencanaan menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembelajaran yang baik (Harioyono, 2007). Perencanaan yang dapat mengantarkan ke proses pembelajaran ke tujuan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang memenuhi aspek-aspek tertentu. Aspek aspek tersebut adalah perencanaan pengelolaan pembelajaran, bahan pelajaran, pengelolaan kelas, alat/media pembelajaran, dan penilaian.
            Guru yang membuat perencanaan dengan benar sesuai dengan kajian teori yang telah dikemukakan, maka akan semakan mudah pula guru tersebut untuk pencapai proses pembelajaran yang berkualitas. Dapat di simpulkan bahwa semakin rinci perencanaan yang dibuat oleh guru maka akan semakin jelas pula untuk mencapai tujuan pembelajaran atau guru yang memiliki perencanaan yang baik akan memiliki kesiapan akan mengajar yang baik pula.
            Seorang guru yang memiliki perencanaan yang baik akan memiliki pula kesiapan yang lebih tinggi dan pelaksanaan pembelajaran akan lebih baik pula. Hal itu akan terjadi apabila seoarang guru tersebut melaksanakan proses pembuatan perencanaan sendiri. Maksud dari pembuatan perencanaan sendiri dalam artian guru tersebut tidak menggunakan perencanaan milik guru lain ataupun sekolah lain sehingga dengan perencanaan yang dibuat khusus akan sesuai dengan kerakteristik siswa yang akan diampunya.
            Dengan adanya permasalahan akan kemauan guru untuk membuat perencanaan maka perlu di cocokan antara perencanaan guna menentukan apakan guru tersebut benar-benar membuat perencanaannya sendiri. Guru yang perencanaan dan pelaksanaan sesuai maka sudah pasti proses pembelajaran sesuai tujuan dan dapat di simpulkan bahwa perencanaan tersebut di buat oleh guru itu sendiri. Menurut Ursilah (2008) dalam penelitiannya menumukan bahwa perencanaan guru berdasarkan KTSP sudah dalam ketegori baik. Perencanaan yang sudah baik akan membawa hasil belajar yang baik bila pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tersebut.
            Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan sebagai berikut:


 






Gambar 1 Kerangka Penelitian
5.      Hipotesis
a.       Diduga ada pengaruh positif antara supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang
b.      Diduga ada pengaruh positif perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang
c.       Diduga secara simultan ada pengaruh positif supervisi kepala sekolah dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang

C.     METODE PENELITIAN
1.      Variabel dan Definisi Operasional Variabel
a.  Variabel Penelitian
69
 
Variabel dalam peneltian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat dan masing-masing variabel akan meneliti sejumlah subvariabel.
Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: (1) supervisi kepala sekolah; (2) Perencanaan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru.
b.  Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1)  Supervisi Kepala Sekolah (X1)
Supervisi kepala sekolah merupakan segala bentuk bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam menjalankan tugas.
2)  Perencanaan kegiatan mengajar (X2)
Perencanaan kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan dalam rangka mengatur, merencanakan, dan menentukan sumber dan bahan pembelajaran sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.


3)  Profesionalisme Guru (Y)
Profesionalisme guru merupakan keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.

2.      Populasi dan Sampel
            Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah SMP Negeri 1 Petarukan, SMP Negeri di Kabupaten Pemalang, yang terdiri dari SMP Negeri 1 Pemalang, SMP Negeri 1 Petarukan, SMP Negeri 2 Comal, SMP Negeri 2 Bantarbolang, SMP Negeri 2 Taman, yang semuanya berjumlah 197 guru.
            Dengan menggunakan probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun metode pengambilan sampel dengan teknik ini adalah menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam suatu populasi (Sugiyono, 2008: 218), maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 guru.

3.      Teknik Analisis Data
a.      Uji Validitas dan Reliabilitas
1)      Uji Validitas
          Uji validitas variabel supervisi kepala sekolah, yang diukur dengan menggunakan 40 item pertanyaan, ternyata ada item pertanyaan yang tidak valid yaitu item no. 4,9,18,29,31,34, dan 39. Untuk variabel perencanaan kegiatan belajar mengajar yang diukur dengan 21 item pertanyaan ternyata ada 1 item pertanyaan yang tidak valid, yaitu item no 11. Untuk variabel profesionalisme guru yang diukur dengan 40 item pertanyaan ada item pertanyaan yang tidak valid, yaitu item no 3,8,14,22,dan 32. Item pertanyaan yang tidak valid tersebut karena memiliki nilai r hitung yang lebih rendah dari r tabel (0,361). Dari hasil validitas tersebut, dimana ada item pertanyaan yang tidak valid. Dalam penelitian berikutnya item-item pertanyaan yang tidak valid dihilangkan dari daftar kuesioner, sehingga dalam kuesioner berikutnya menjadi 88 item pertanyaan.

2)      Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Reliability Analysis-Scale (Alpha)
No
Kelompok

Cronbach

Alpha
>/<
Alpha Kritis
Ket.
1
Supervisi kepala sekolah
0,927
0,60
Reliabel
2
Perencanaan kegiatan belajar mengajar
0,877
0,60
Reliabel
3
Profesionalisme guru
0,943
0,60
Reliabel
        Sumber : Data primer yang diolah, 2009
          Data hasil uji reliabilitas pada tabel 1, menggambarkan bahwa koefisien reliabilitas (r – Alpha) untuk masing – masing variabel penelitin yang ada (X1, X2, dan Y) ternyata besarannya berada di atas 0,60 (Crownbach Alpha), sehingga masing – masing variabel penelitian terbukti reliabel dalam fungsinya sebagai alat ukur (instrumen) penelitian.

b.      Uji Asumsi Klasik
1)      Uji Normalitas
          Untuk menguji apakah data dalam distribusi itu normal, maka dilakukan analisis grafik. Metode yang digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan antara distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang digambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
2)      Uji Heteroskedastisitas
          Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu dalam scatterplot, antara SRESID (residualnya) dengan ZPRED (variabel dependennya).
          Data dari analisis grafik adalah sebagai berikut:
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kembali menyempit), maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
(b)  Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas
3)      Uji Multikolinearitas
            Menurut Ghozali (2001: 57) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregresikan terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas bebas yang terpilih, yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena nilai VIF=1/tolerance) dan menunjukkan 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Uji multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan alat analisis SPSS. Hasil dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya multikolinieritas seperti telah disebutkan diatas dengan melihat nilai VIF ataupun tolerancenya.

c.       Uji Regresi
            Regresi linier berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat. Persamaan umum regresi linier berganda adalah:
Y =  a + b1X1 + b2X2
Dimana :                Y      =    profesionalisme guru
                             a       =    konstanta
                             b1;b2  =    koefisien regresi variabel supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar
                             X1     =    supervisi kepala sekolah
                             X2     =    perencanaan kegiatan belajar mengajar

d.      Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki hubungan signifikan atau tidak dengan variabel terikat secara individual untuk setiap variabel.
Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut:
-        Jika t-hitung > t-tabel ; Ho ditolak (ada hubungan yang signifikan)
-        Jika t-hitung < t-tabel ; Ho diterima (tidak ada hubungan yang signifikan)
Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of significance (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0.05) atau taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih dari 5% berarti variabel tersebut tidak signifikan.
Uji hipotesis dengan F-test digunakan untuk menguji hubungan dua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat.
Kriteria pengujian :
-    Jika nilai F-hitung > F-tabel, berarti Ho ditolak, dan Ha diterima.
-    Jika nilai F-hitung < F-tabel, berarti Ho diterima, dan Ha ditolak

e.      Koefisien Determinasi
            Untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel terikat yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 berada pada interval 0£R2£1.

D.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Uji Asumsi Klasik
a)  Uji Normalitas
              Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang penulis kumpulkan dan teliti termasuk data berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan  pengujian dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS  yang hasilnya dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.
Gambar 2 Uji Normalitas dengan Model Normal P-P Plot
            Kenormalan data dapat dilihat dengan menggunakan grafik normal P-P Plot of Regression Standardized Residual menunjukkan data dari variabel supervisi kepala sekolah, perencanaan kegiatan belajar mengajar, dan profesionalisme guru, memiliki titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data adalah berdistribusi normal.
Gambar 3  Diagram Normalitas dengan Grafik Distribusi Normal
            Sedangkan jika dilihat dari gambar histogram, seperti terlihat pada gambar 3, terlihat bahwa garis secara simetris melengkung membentuk pola kerucut, sehingga hal ini juga menggambarkan data berdistribusi normal. Sehingga dari hasil uji normalitas, menyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal, maka hal ini model regresi layak dipakai sebagai prediksi berdasarkan masukan variabel independennya.

b)  Uji Heteroskedastisitas
            Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual tersebut tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh hasil seperti yang disajikan pada gambar 4.
Gambar 4 Diagram Heteroskedastisitas
            Diagram scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik (yang menggambarkan data) menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

c)  Uji Multikolinearitas
            Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai-nilai korelasi antara variabel bebas = 0.
                Hasil perhitungan statistik menggunakan SPSS, diperoleh hasil perhitungan multikolinieritas untuk variabel supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar dapat disajikan seperti pada tabel 2.
Tabel 2
Hasil Perhitungan Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance
VIF
a)      Supervisi kepala sekolah
b)      Perencanaan kegiatan belajar mengajar      
0,849
0,849
1,178
1,178
   Sumber : Data primer yang diolah
            Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami gangguan multikolinieritas. Hal ini tampak pada nilai tolerance untuk kedua variabel tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10 persen. Jadi hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

2.      Uji Regresi
Tabel 3
Hasil analisis pengaruh supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru
            Berdasarkan Tabel 3, maka persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2
Y = 6,540 + 0,618X1 + 0,649X2
Keterangan :
Y              =      Profesionalisme guru
a               =      Konstanta
b1,b2            = Koefisien regresi
X1                =      Supervisi kepala sekolah
X2                = Perencanaan kegiatan belajar mengajar
e              = Kesalahan random
            Berdasarkan hasil persamaan regresi tersebut, maka dapat diuraikan sebagai   berikut :
a.       Hasil koefisien regresi variabel X1 (supervisi kepala sekolah) sebesar 0,618 (dengan tanda positif), menunjukkan semakin baik supervisi kepala sekolah, maka profesionalisme guru akan semakin meningkat
b.      Hasil koefisien regresi variabel X2 (perencanaan kegiatan belajar mengajar) sebesar 0,649 (dengan tanda positif), menunjukkan semakin baik perencanaan kegiatan belajar mengajar, maka profesionalisme guru akan semakin meningkat.



3.      Uji Hipotesis
a.      Uji t
1)  Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru 
Tabel 4
Hasil Analisis Pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru
           Hasil perhitungan SPSS dengan menggunakan uji t untuk variabel supervisi kepala sekolah (X1), diperoleh nilai t hitung sebesar 8,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) n-k (100-1) = 99 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,660. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa nilai t hitung sebesar 8,079 lebih besar dari t tabel sebesar 1,660 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif antara supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang“ terbukti kebenarannya. 
2)   Pengaruh perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru 
Tabel 5
Hasil Analisis Pengaruh perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru
           Hasil perhitungan SPSS dengan menggunakan uji t untuk variabel perencanaan kegiatan belajar mengajar (X2), diperoleh nilai t hitung sebesar 7,837 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan menggunakan DF (degree of freedom) n-k (100-1) = 99 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,660. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa nilai t hitung sebesar 7,837 lebih besar dari t tabel sebesar 1,660 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang“ terbukti kebenarannya. 

b.      Uji F
Hasil perhitungan uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 63,057 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan DF1 sebesar 2, dan DF2 sebesar (n-k-1) = 100 – 2 – 1  = 97, dan a=5%, diperoleh nilai F tabel sebesar 3,09. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 63,057 lebih besar dari F tabel sebesar 3,09; dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, yang mana nilai tersebut menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan “ada secara simultan ada pengaruh positif supervisi kepala sekolah dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang” terbukti kebenarannya.

4.      Koefisien Determinasi
            Perhitungan koefisien determinasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS, yang mana hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Hasil uji koefisien determinasi
            Berdasarkan tabel 6 menunjukkan nilai R square (R2) sebesar 0,565. Hal ini berarti bahwa 56,5% profesionalisme guru (Y) dapat dijelaskan oleh variasi supervisi kepala sekolah (X1), dan perencanaan kegiatan belajar mengajar (X2). Sedangkan selebihnya, yaitu 43,5% profesionalisme guru (Y), dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

E.     SIMPULAN DAN SARAN
1)      Simpulan
(a)    Variabel supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Hal ini mengindikasikan semakin baik supervisi kepala sekolah, maka profesionalisme guru akan semakin meningkat. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi t lebih rendah dari 0,05, menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya hipotesis yang menyatakan ”ada pengaruh positif antara supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang” terbukti kebenarannya.
(b)   Variabel perencanaan kegiatan belajar mengajar memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Hal ini mengindikasikan semakin baik perencanaan kegiatan belajar mengajar, maka profesionalisme guru akan semakin meningkat. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikansi t lebih rendah dari 0,05, menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya hipotesis yang menyatakan ”ada pengaruh positif perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru SMP Negeri di Kabupaten Pemalang” terbukti kebenarannya.
(c)    Variabel supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar secara simultan memberikan pengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Kondisi tersebut mengindikasikan semakin baik supervisi kepala sekolah, dan perencanaan kegiatan belajar mengajar, maka profesionalisme guru akan semakin meningkat. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi F lebih rendah dari 0,05. Hal ini mengindikasikan Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan “ada secara simultan ada pengaruh positif supervisi kepala sekolah dan perencanaan kegiatan belajar mengajar terhadap profesionalisme guru  SMP Negeri di Kabupaten Pemalang” terbukti kebenarannya.



2)      Saran
(a)    Kepala sekolah hendaknya memberikan kelonggan/kebebasan kepada guru, misalnya kebebasan untuk berpendapat, kebijakan dalam pengambilan kebijakan, dll. Dengan memberikan kebebasan kepada guru, guru akan lebih leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga kondisi tersebut akan meningkatkan profesionalisme guru.
(b)   Guru hendaknya selalu merencanakan program, maupun metode dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan pengajaran yang menarik, siswa akan termotivasi untuk belajar, dan hal ini tentunya mencerminkan profesionalisme guru lebih baik. 

F.      DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar Anda